PROSEDUR MENGGUNAKAN EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)
A. Definisi
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan yang mencatat rekaman aktivitas kelistrikan jantung.
B. Tujuan
EKG digunakan sebagai alat bantu dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan kelainan jantung dan sebagai petunjuk dalam mengambil keputusan klinik terhadap kondisi pasien yang ditemukan.
C. Fungsi EKG
EKG memiliki fungsi diagnostik diantaranya:
1. Aritmia jantung.
2. Hipertrofi atrium dan ventrikel.
3. Iskemik dan infark miokard.
4. Efek obat-obatan seperti (digitalis, anti aritmia dll).
5. Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium.
6. Penilaian fungsi pacu jantung.
D. Cara Melakukan Perekaman EKG
1. Persiapan alat:
a. Mesin EKGyang dilengkapi :
• Kabel untuk sumber listrik
• Kabel untuk bumi (Ground)
• Kabel elektroda ekstremitas dan dada
• Elektroda ekstremitas atau karet pengikat
• Belon penghisap elektroda dada
b. Jelly
c. Kertas tissue
d. Kapas alkohol
e. Spidol (untuk perekaman EKG serial)
f. Bengkok
2. Persiapan pasien
a. Penjelasan :
- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang harus diperhatikan saat perekaman
b. Dinding dada harus terbuka
3. Cara kerja :
a. Nyalakan mesin EKG
b. Baringkan pasien dengan tenang ditempat tidur yang cukup luas, tangan dan kaki tidak saling bersentuhan
c. Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alcohol (kalau perlu rambut pada dada dan pergelangan kaki dicukur )
d. Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly
e. Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki
f. Dada di beri jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda V1 s/d V6
g. Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya
h. Buat kalibrasi sebanyak 3 buah
i. Rekam setiap lead 3-4 beat
j. Setelah selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang
k. Semua elektroda dilepas
l. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien dengan tissue
m. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
n. Matikan mesin EKG
o. Catat :
• Nama pasien
• Umur pasien
• Jam, tanggal, bulan dan tahun pembuatan
• Nama masing-masing lead
• Nama pembuat rekaman
p. Bersihkan dan rapikan alat
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin adalah 25 mm/detik dengan voltase mVolt. Bila perlu klibrasi diperkecil menjadi ½ mVolt atau diperbesar menjadi 2 mVolt.
b. hindari gangguan listrik dengan mekanik saat perekaman.
c. saat merekam,perawat harus menghadap pasien.
Senin, 31 Maret 2014
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1- ANGINA PEKTORIS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ANGINA PECTORIS
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Deryanto
Devid Agus Swanto
Duwi Rochnianto
Eddy Jhon Marjendriadi
Eny Nopi Lestari
Feny Alvionita
Tesza Eginata
Wulandari
POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).
Angina pektoris adalah suatu sindrom kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Noer, Sjaifoellah, dkk. IPD, 1999 : 1082).
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).
Klasifikasi angina didasarkan pada klasifikasi CCS (Canadian Cardiovascular Society) yakni:
Kelas I : angina tidak timbul pada aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, dan menaiki tangga. Angina timbul pada saat latihan berat, tergesa-gesa, dan berkepanjangan.
Kelas II : dijumpai pembatasan aktivitas sehari-hari, seperti jalan cepat atau menaiki tangga, jalan mendaki, aktivitas setelah makan, hawa dingin, dalam keadaan stress emosional, atau hanya timbul beberapa jam setelah bangun tidur.
Kelas III : adanya tanda-tanda keterbatasan aktivitas fisik sehari-hari, angina timbul jika berjalan sekitar 100-200 meter, menaiki tangga satu tingkat pada kecepatan dan kondisi yang normal
Kelas IV : ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik apapun tanpa keluhan rasa nyaman atau angina saat istirahat.
Angina pektoris terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Agina Pektoris Stabil
a. Angina jenis ini umumnya disebabkan oleh olahraga atau aktivitas fisik lainnya seperti berlari atau berjalan.
b. Rasa sakit di dada umumnya mereda setelah beristirahat selama beberapa waktu.
c. Rasa sakit biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 menit dan obat bisa membantu mengurangi rasa sakit.
d. Rasa sakit di dada kadang-kadang menyebar ke bagian lain dari tubuh seperti lengan, punggung, bahu, dll.
e. Stable angina berpotensi bertanggung jawab meningkatkan risiko serangan jantung.
2. Agina Pektoris Tak Stabil
Yang dimasukkan dalam angina tak stabil adalah:
a. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di mana angina cukup berat dan frekwensi cukup sering (lebih dari 3 kali per hari).
b. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor presipitasi makin ringan.
c. Pasien dengan serangan angina waktu istirahat.
B. PENYEBAB
Penyebab dari angina pectoris antara lain :
1. Ateroskelerosis
2. Spasme pembulu koroner
3. Latihan fisik
4. Alergi terhadap cuaca dingin
5. Makan makanan berat
6. Stress
C. PATOFISIOLOGI
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard. Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-sama yaitu :
1. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
5. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
6. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit dan trombus pembuluh darah.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk mendapatkan informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis. Interpretasi EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai 85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari denyut jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari tekanan darah awal meskipun beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain : angina sedang sampai berat , ataxia yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda penurunan perfusi seperti sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan EKG, maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan adalah thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang mendukung adanya ischemia miokard adalah : penurunan gerakan dinding pada 1 atau lebih segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih segmen pada saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang berkaitan atau yang tidak ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita dengan nyeri dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada kontra indikasi untuk test non invasif.
G. PENATALAKSAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah, tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner transluminal coronary perkutan (PTCA = Percutaneus Translunimal CoronaryAngioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
H. PENATALAKSAAN FARMAKOLOGI DAN NONFARMAKOLOGI
1. Penatalaksaan Farmakologi
a. Obat Anti Iskemi
1) Nitrogliserin
Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anter terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan penurunan tekanan darah (afterload). Semuanya itu berakibat pada penurunan kebutuhan oksigen jantung,menciptakan suatu keadaan yang lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
2) Penyekat Beta
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
3) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
4) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
b. Obat Anti Agregasi Trombosit
1) Aspirin
Banyak studi telah membuktiksn bshws sdpirin dapat mengurangi kematian jantung dan infark fatal maupun non fatal dari 51% -72% pada pasien dengan angina tak stabil. Oleh klarena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160 mg perhari dan dosis selanjutnya 80 sampai 3325 mg perhari.
2) Tiklopidin
Tiklopidin suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini kedua dalam pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak tahann aspirin. Studi dengan tiklopidin dibandingkan plasebo pada angina tak stabil ternyata menunjukkan bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46,3%. Dalam pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek samping granulositopenia, dimana insidens 2,4%. Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklopidin mulai ditinggalkan.
3) Klopidogrel
4) Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP Iib/IIIa pada platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi.
c. Obat Anti Trombin
1) Unfractionated Heparin
Heparin adalah glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein plasma yang lain, sel darah dan sel endotel, yang akan mempengaruhi bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit dan heparin dapat dirusak oleh platelet faktor IV.
2) Low Molecular Weight Heparin
Low molecular weight heparin (LMWH) dibuat dengan melakukan depolimerasi rantai polisakarida heparin. Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan hanya bekerja pada factor Xa, sedangkan heparin menghambat factor Xa dan trombin. Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma kurang, bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor IV, lebih besar pelepasan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih sedikit.
3) Direct Trombin Inhibitors
Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet faktor IV. Activated partial thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor aktivitas antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. Bilivarudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien angina tyak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT).
2. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, terbangun bila nyeri dada.
Tanda : Dispnea saat kerja.
2. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan, diet tinggi kolesterol/lemak, kafein, minuman keras.
Tanda : Distensi gaster.
3. Integritas ego
Gejala : Stresor kerja, keluarga.
Tanda : Ketakutan, mudah marah.
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan ekstremitas atas kiri.
Kualitas ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Tanda : Wajah berkerut, gelisah. Respons otomatis, contoh takikardi, perubahan tekanan darah.
5. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat kerja, riwayat merokok
Tanda : Meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya curah jantung.
4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada. Nyeri dan penurunan curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi nyeri. Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi kiri. Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama.
Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina. Menurunka kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
Panatau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi.
Pertahankan tenang , lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu Stres mental atau emosi meningkatkan kerja miokard
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan angina
Kolaborasi:
Berikan antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual Nitrigliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari 100 tahun
2. Penurunan curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, tekanan darah. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung
Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi. Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras) Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular. Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul pada curah jantung.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia); verapamil(calan). Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.
Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal (brebivbloc). Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya curah jantung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress. Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah. Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien sebelumnya. Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina. Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard.
Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem Dapat menurunkan insiden /beratnya episode iskemik.
Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga. Pengetahuan faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari regangan. Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang angina.
Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi. Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina. Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas. Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
D. EVALUASI
1. Pasien bebas dari nyeri.
2. Peningkatan curah jantung.
a. EKG dan kadar enzim jantung normal
b. Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut
3. Pasien dapat mengontrol aktivitas yang dapat memicu serangan angina
4. Menunjukan penurunan kecemasan
a. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
b. Mematuhi semua aturan medis
c. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah
d. Menghindari tinggal sendiri saat terjadi episode nyeri
5. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukan tanda-tanda bebas dari komplikasi
a. Menjelaskan proses terjadinya angina
b. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3518/1/gizi-bahri2.pdf. Diunduh tanggal 13 Oktober 2013.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2111066-pengobatan-angina-pectoris/#ixzz2hzM208YU\. Diunduh tanggal 14 Oktober 2013.
Bahrudin, Moch. Dkk (2012) Terapi Modalitas Kardiovaskuler dan Aplikasinya. Jakarta.
http://www.amazine.co/17932/ketahui-3-jenis-angina-stable-unstable-variant-angina/. Diunduh tanggal 14 Oktober 2013.
Jumat, 28 Maret 2014
LP KANKER LARING DAN KASUS PASIEN KANKER LARING
KANKER LARING
A. PENGERTIAN
Laring, atau kotak suara (voicebox),
adalah organ pada
leher mamalia yang
melindungi trakea dan
terlibat dalam produksi suara. Laring mengandung pita suara (vocal cord) dan berada pada daerah di mana rongga atas terpisah
menjadi trakea dan esofagus.
Struktur laring umumnya terdiri dari tulang rawan yang diikat oleh ligamen dan otot.
Carsinoma
laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang
tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan
karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis,
pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak
pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe
leher bagian dalam.
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum
diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum
alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan resiko tinggi terhadap
terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal
yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok ,
alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai
berikut :
a. Faktor
Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut,
laring (pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b. Faktor
Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat
menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung.Minuman yang mengandung alkohol
menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan.Zat pewarna
makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut
yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang
diproses secara berlebihan.
c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus
ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor
lingkungan dan genetik.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh
perlahan karena suplai limfatik yang jarang.Di tempat
manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan sinus-sinus piriformis
). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini biasanya
meluas dengan cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian
dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak
lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan
tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul
( yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara ) pengobatan
biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya
berupa pembengkakan pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga,
dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring
dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring dengan
laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap
laring.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada
pasien dengan kanker pada daerah glods karena tumor mengganggu pita suara
selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah.Bunyi
suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis atau
supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher,
gejala lanjut , termasuk kesulitan menelan ( dsifagia ) atau kesulitan bernafas
( dipsnue ). Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus limfe servikal,
penurunan BB dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat
terjadi bersama metastasis ( Brunner& Suddart, 2002 : 556-557 )
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengkajian awal termasuk pengumpulan riwayat kesehatan
yang lengkap, dan pemeriksaan kepala dan leher.Laringoskopi tidak langsung
dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan tumor. Uji diagnostic,
termasuk pemeriksaan sinar X jaringan lunak, tomogram, xerogram, pemeriksaan
kontras dan pencitraan resonansi magnetic ( MRI) , dilakukan sebagai bagian
dari pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan pertumbuhan tumor.
Bagaimana pun, pemeriksaan laringoskopi langsung di bawah anastesi umum, adalah
metode primer untuk mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai
ketiga area dan penampilannya dapat beragam .
Sebagian besar tumor adalah tumor sel skuamosa. Tumor
ini dikelompokkan berdasarkan keluasan tumor primer (T) , yang mencakup ukuran
dan invasi kedalam tempat lain; Letak dan keluasan nodus yang terkena (N) , dan
tingkat metastases (M) . Klasifikasi tumor menentukkan modalitas pengobatan
yang akan diberikan. Karena banyak lesi tumor ini adalah submukosa, mungkin
diperlukan biopsi yang dilakukan dengan insisi menggunakan tekhnik
mikrolaringeal atau laser untuk memotong mukosa dan mencapai tumor.
Mobilitas
pita suara dikaji; jika gerakkan normalnya terbatas , maka pertumbuhan tumor
mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain, dan bahkan jalan nafas. Nodus limfe
leher dan kelenjar tiroid di palpasi untuk menentukkan penyebaran keganasan.(
Brunner& Suddart, 2002 : 557)
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan
untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.Pemeriksaan gigi dilakukan untuk
menyingkirkan setiap penyakit mulut.Semua masalah yang berkaitan dengan gigi
diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi
Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat
dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara
yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir
normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau
stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya
membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan
secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2. Pembedahan
Parsial
a. Laringektomi parsial (
laringotomi –tirotomi )
Laringektomi
parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat
tinggi .Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya
teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap
utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
b.
Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi
supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.Tulang hyoid,
glottis dan pita suara palsu diangkat.Pita suara kartilogi krikoid dan trakea
tetap utuh.Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang
sakit.Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glottis
pulih.Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma
dibiarkan menutup.Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif,
klien kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu
pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali
pulih seperti biasa.
c. Laringektomi
Hemivertikal
Dilakukan jika
tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan
terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring
dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita suara
sejati dan satu pita suara palsu ) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang
trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko mengalami
operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (
sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan
tetap utuh.
d. Langektomi
Total
Dilakukan
ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis,
kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding
faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma
trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam
saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter
tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan
akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara digunakan
untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner& Suddarth, 2002 : 557-558 )
3.
Kemoterapi
Penggunaan
obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen antineoplastik.Obat
ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.Semua
sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen
kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik,
kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif
sedang membelah.
Kemoterapi
terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat
dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.Kemoterapi mungkin di
kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk
menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih
tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan,
paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi
yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen
kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh sel-sel
kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan meniru
struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk
metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine
( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine (
6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum
adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
a.
Rute pemberian
Obat-obat
kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval, intramuskuler,
subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal.Rute pemberian biasanya
bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya
tumor yang diobati.
b.
Dosis
Dosis
preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total
pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ
utama dan status kinerja fisik.
4. Terapi
Sistomatik
Terapi
sistomatik yang diberikan meliputi :
a. Pemberian
sadatif
b. Pemberian
antiemetik
c. Pemberian
antipiretik
G.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Primer
Data awal
yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak yang tidak
sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan pada daerah
leher.Menurut Suddart Bunner pada
pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Pekerjaan
d) Alamat
Keluhan
utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok.sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri
tenggorok, lemah.
2. Pengkajian Sekunder
a. ) Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda
vital
Suhu
TD
Respirasi
Nadi
Pengukuran BB
Kepala
Pembengkakan
kelenjar limfe post dan pre aurikel
Leher
b) Pemeriksaan Penunjang
1)
Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap sisi
luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada kanker
laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau tidak
bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
2)
Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
3)
Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya lesi-lesi
loca
4)
Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3.Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang
akan Nampak pada pasien dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin
mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin
teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan
berat badan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya
riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat
Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga
yang terdiagnosa positif kanker laring.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian
atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf
oleh sel-sel tumor.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia).
e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.
FOKUS
INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut
Doenges E. Marlyn ( 2000 ), dan Carpenito (1999), perencanaan dan intervansi
keperawatan pada klien kanker laring adalah sebagai berikut :
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian
atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
a.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan
jalan nafas paten.
b.
Kriteria hasil :Tidak sesak dan klien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki
jalan napas ,batuk efektif dan bunyi napas
c.
Intevensi :
1) Kaji frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi atau
ekspirasi
Rasional : pada kanker laring biasanya menyebabkan dipsnue
2)
Catat adanya derajat dipsnue misalnya keluhan lapar udara, gelisah, ansietas,
disteres, pernapasan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : disfungsi pernapasan merupakan proses kronis
atau stadium akhir
3) Auskuitasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas.
Rasional : pada beberapa derajat kanker laring terjadi
obstruksi jalan napas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi napas.
4) Atur posisi yang nyaman
Rasional : Mempermudah fungsi pernapasan.
5) Dorong atau bantu klien latihan napas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara.
6)
Observasi karakteristik batuk misalnya menetap batuk pendek, batuk basah bantu
tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
d.
Kolaborasi
1) Berikan bronkodilator
Rasional : merilekskan otot halus dan menurunkan
kognesti lokal, menurunkan spasne jalan napas dan produk mukosa
2) Xantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan
spasme otot polos
3) Berikan kromolin flunisunida ( aerobic )
Rasional : menurunkan edema
4)
Berikan
antimikroba
Rasional : diindikasikan untuk mengontrol pneumonia.
5)
Berikan analgetik dan penekan batuk
Rasional : memungkinkan pasien untuk
istirahat dan menghemat energi.
6)
Berikan humidifikasi
Rasional : kelembaban akan menurunkan kekentalan
secret yang mempermudah pengluaran yang dap[at membantu menurunkan atau menjaga
pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
a.
Tujuan : Pasien dapat berkomunikasi denganaktif.
b.
Kriteria hasil: Menidentifikasi pemahaman tentang masalh koomunikasi, membuat
metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan menggunakan
sumber-sumber yang tepat.
c.
Intervensi:
1)
Kaji tipe atau derajat disfungsi, kesulitan
Rasional : untuk menentukan terapi
2)
Bantu menentukan stadium penyakit perhatikan kesalahan dalam komunikasi dalam
dan berikan umpan balik.
Rasional : pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikaai yang diucapkan
tidak nyata.
3)
Mintalah pasien untuk mengikutu perintah sederhana ( seperti buka ,mata tunjuk
kepintu ) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana.
Rasional : melakukan penilaian terhadap
adanya kerusakan sensor
4)
Berkan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan
petunjuk visual ( gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi
)
Rasional : Memberikan komunikasi
tentang kebutuhan berdasarkan keadaan atau defisit yang mandiri.
5)
Katakan secara
langsung dengan pasien, bicara perlahan dan dengan tenang. Gunakan
pertanyaan terbuka dengan jawaban ya atau tidak, selanjutnya kembangkan pada
pertanyaan yang lebih kompleks sesuai respon pasien.
Rasional : menurunkan kebingungan atau ansietas selama
proses komunikasi.
6)
Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat. Berikan pasien
jarak waktu untuk berespon.Bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon.
7)
Rasional : pasien tidak perlu merusak pendengaran dan meninggikan suara dapat
menimbulkan marah pasien atau menyebabkan kepedihan. Memfokuskan respon dapat
mengakibatkan frustasi dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa untuk bicara
otomatis.
8)
Anjurkan pengunjung atau orang terdekat mempertahankan usahanya untuk
berkomunikasi dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal
yang terjadi pada keluarga.
Rasional : mengurangi isolasi social pasien dan
meningkatkan penciptaan komunikasi yangb efektif.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf
oleh sel-sel tumor.
a. Tujuan : nyeri pada pasien sedikit berkurang
dengan mengikuti aturanpemakai
farmakologis yang telah ditentukan dapat menggunakan keterampilan relaksasi dan
aktifitas hiburan sesuai indikasi.
b. Kriteria
hasil : Menlaporkan penghilangan
nyeri maksimal / control dengan pengaruh minimal pada AKS. Mengikuti
farmokologis yang diperlukan, mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi untuk situasi individu.
c. Intervensi
1) Tentukan riwayat
nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas dan tindakan
penghilang yang digunakan.
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intetrvensi.
2) Berikan tindakan
kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan punggung,) dan aktivitas hiburan (
missal musik dan TV ).
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu
memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan
keterampilan manajemen nyeri ( misal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan
imajinasi ) tertawa, musik dan sentuhan terapeutik.
Rasional : memungkinkan pasien untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan masa control.
4) Evaluasi penghilangan
nyeri atau control
Rasional : control nyeri maksimum dengan pengaruh
minimum pada AKS.
d.
Kolaborasi
1)
Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rasional : rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk control nyeri.
2)
Beri analgesic sesuai indikasi misal : bromstoms cocktail, morfin, metadon atau
campuran narkotik IV khusus.
Rasional : nyeri adalah komplikasi sering dari kanker
meskipun respon individual berbeda saat perubahan penyakit atau perubahan
terjadi penilaian dosis dan pemberian akan diperliukan.
3)
Berikan penggunaan CPA dengan cepat
Rasional : analgesia dikontrol pasien sehingga
pemberian obat tepat waktu, mencegah fruktuasi, pada intensitas nyeri, sering
pada dosis total rendah akan diberikan melealui metode konvensional.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia).
a. Tujuan
: Nutrisi klien adekuat
b. Kriteria
hasil : Mendemonstrasikan pemeliharaan
kemajuan peningkatan BB sesuai tujuan, tidak mengalami tanda-tanda dalam rentan
normal.
c. Intervensi
1) Kaji kemampuan pasien
untuk mengunyah, menelan, batuk dan menangani sekresi.
Raasional : faktor ini menentukan pilihan terhadap
jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
2) Auskultasi bising
usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara yang hiperaktif
Rasional : fungsi saluran pencernaan biasanya tetap
baik, jadi bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau
berkembangnya komplikasi seperti paralitik ilius.
3) Timbang BB sesuai
indikasi
Rasional : mengevaluasi keefektifan / kebutuhan
mengubah pemberian nutrusi.
4) Berikan makan
dalm jumlah kecil dan dalam waktu sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan prosese pencernaan dan
toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerja
sama pasien saat makan.
5) Tingkatkan
kenyamanan lingkungan yang sama termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkann
oranhg terdekat untk membawa yang disukai pasien.
Rasional : meskipun proses penilaian pasien memerlukan
bantuan makan dan menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang
terdekat atau teman dapat meningkatakan pemasukan.
6) Kaji feses, cairan
lambung, muntah darah dan sebagainya.
Rasional : Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher
a. Tujuan : Menunjukkan konsep diri yang bagus.
b. Kriteria hasil :Mampu mengungkapkan kenyataan secara
fealietis dan penerimaan terhadap
suaranya, mampu mengenali dan bekerja sama dalam perubahan konsep diri peran
tanpa menimbulkan harga diri rendah mampu mengembangkan perencanaan yang
realistis untuk mengadaptasi perubahan peran
c. Intervensi
1) Ciptakan atau
pertahankan hubungan terapeuitik pasien perawat, Diskusikan perasaan takut atau
hal yang dipikirkan pasien.
Rasional : Meremehkan sikap peduli dan mengembangkan
rasa saling percaya antara pasien dengan perawat, dimana pasien bebas
mengekspresikan ketakutan ditolak hilangnya fungsi suara yang dimiliki
sebelumnya, tidak berdaya mengenai perubahan yang terjadi.
2) Catat tingkah laku
menarik diri, sikap menyangkal atau terlalu memungkirkan proses penyakitnya.
Rasional : Awalnya mungkin merupakan respon yang
normal tapi jika berkepanjangan bisa menghalangi untuk menghadapi kenyataan
seharusnya dan dapat menurunkan ke arah koping yang tidak efektif.
3) Jelaskan bahwa emosi
yang labil adalah wajar. Pemecahan masalah merupakan langkah untuk menangani
masalah ini.
Rasional : Menghilangkan kecemasan dan membantu usah
untuk menangani munculnya emosi yang tidak diharapkan.
4) Beri masukan pada
klien untuk memodifikasi gaya berpakaian untuk meningkatkan konsep diri seperti
memakai jilbab pada perempuan, menggunakan sal atau baju dengan kerah tertutup.
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN TN. MESERI
DENGAN KARSINOMA LARING DI RUANGAN
PERAWATAN THT
I.
IDENTITAS
Nama : Tn. Meseri
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Pandean II no. 379/Sidoarjo
MRS : 24 Maret 2002
No. Register : 10145532
Tempat/tanggal pengkajian: Ruangan
THT, 1 April 2002 jam 07.00
Alasan dirawat :
Sesak tiga minggu sebelumnya didahului serak dua tahun yang lalu dan semakin memberat.
Keluhan utama sebelumnya :
sesak,tenggorokan sakit dan tersedak waktu makan.
Upaya yang telah dilakukan :ke
dokter praktek
Terapi/operasi : ke dokter praktek dicurigai
astma dan diberikan obat oral astma dan operasi belum perna di lakukan.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING
HISTORY )
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien pernah menderita TBC paru
lima tahun yang lalu. Dari hasil foto thorax ( medik ) di identifikasi bekas KP
non aktif.
2.2 Riwayat penyakit sekarang
Pasien sesak dan parau saat di rumah
dan dibawa kedokter oleh istrinya. Di curigai pasien astma dan dokter memberikan
obat oral astma, ternyata tidak ada perubahan dan bertambah sesak kemudian
pasien dibawah ke rumah sakit umum sidoarjo dan kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Soetomo surabaya tanggal 24 maret 2002 jam 17.00.
Setelah di kaji pasien sesak,stridor
positip,foto servikal : soft tissu mass colli dengan penyempitan trakea. Foto
thorax : bekas KP dan Bronchitis.Diagnosa medik sementara diduga kanker laring.
Klien langsung dipersiapkan untuk tracheostomi untuk mengatasi sumbatan jalan
napas, sekaligus dilakukan biopsi untuk pemeriksaan PA.Informed consend ditanda
tangani oleh istri Tn. Meseri.Tindakan dilakukan jam 18.00 dan selesai 18.15.
Post trecheostomi pasien tidak sesak, batuk tidak ada, terpasang kanule logam
pada cincin trakea 3-4, sadar baik,terpasang infus RL 1000 cc/24 jam dan D 5%
1500 cc/24 jam,terpasang 02 masker 6 liter.
2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kakek,nenek,saudara kandung
ibu/bapak,saudara kandung pasien tidak ada yang sakit. Demikian juga dengan
penyakit keturunan. Keluarga yang meninggal adalah kakek dan nenek karena usia
tua.
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan
Tinggal di lingkungan yang cukup
bersih. Ada tempat pembuangan sampah. Tidak ada penumpukan sampah disembarang
tempat.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Pasien kanker laring post
trakeostomi dan biopsi tanggal 24 maret 2002 dan tanggal 1 april 2002 keadaan
umum tidak sesak, tidak nyeri,tidak batuk,suara hilang,berkomunikasi dengan
bahasa isyarat,terpasang kanule logam pada stoma yang dibuat pada trakea.
2. Tanda-tanda vital
Suhu 36 derajad / axilla,nadi 88X
/menit teratur, tensi 130/70 mmHg lengan kiri posisi berbaring,respirasi rate
20 X menit normal.
3. Body system
3.1 Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pernapasan melalui trakea yang
dibuat lubang ( trakeostomi ). Bentuk dada simetris,lendir ada dan dilakukan
nebuliser dan suktion oleh perawat ruangan.
3.2 Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi
tidak ada, tidak ada pusing,udema tidak ada, dan tidak ada udema.
3.3 Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4,
Verbal : 5, Motorik : 6. Kepala dan wajah tidak ada cedera, Mata dan sklera
normal,conjuntiva merah muda,pupil isokor dan normal. Leher ada pembesaran
kelenjar limfe,ada stoma pada leher ( trakeostomi ) untuk mengatasi sumbatan
jalan napas atas.Reflek patela normal. Persepsi sensori pendengaran kiri-kanan
normal,penglihatan normal,perabaan normal.
3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri ( B4 : Bladder )
Produksi urin kurang lebih 1500-1800
cc/24 jam.Kadang jika banyak minum maka kencing banyak,warna kuning tua dan bau
normal. Tidak ada masalah dalam perkemihan.
3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Oral higiene baik,mulut bersih,tidak
ada ulkus atau tumor,tenggorok normal,abdomen tidak ada pembesaran hepar dan
limpa,bunyi perkusi timpani atau normal,bunyi peristaltik normal,BAB 1-2X/hari
konsistensi padat-lunak. Tidak ada masalah dengan BAB. Tidak menggunakan obat
pencahar.
3.6 Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak
ada parese,paralise dan hemiparese. Extremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan. Tulang belakang tidak ada ceera. Warna kulit sawo matang,akral
hangat.Tidak ada masalah pada warna kulit dan turgor baik.
3.7 Sistem Endokrin
Tidak mendapat atau menggunakan
terapi hormon,goiter tidak ada,tidak ada polidipsi,poliphagi dan poliuri. Tidak
ada exopthalmus.
IV. SOSIAL /INTERAKSI DAN PSIKOLOGI.
Hubungan klien dengan istri dan
anak-anak baik. Hubungan dengan keluarga lain baik. Dukungan keluarga aktif
baik psikologis support dan finansial. Kontak mata saat interaksi,tidak bisa
berbicara atau mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan orang
lain,suara hilang akibat kanker laring kususnya pada pita suara.Klien berbicara
dengan bahasa isyarat dan tulisan.Melalui tulisan klien mengatakan apakah ada
alternatif lain selain operasi.Klien mengatakan takut setelah operasi tidak
bisa berbicara atau hilang suara selamanya,serta tidak mengerti persiapan yang
dilakukan sebelum dan sesudah operasi. Klien
menolak operasi.Melalui tulisan klien mengatakan malu tidak bisa
berbicara seperti dulu dan malu dengan stoma/logam trakeostomi yang ada
dileher.Klien meminta kalau nebuliser dan suction dilakukan pada malam hari
atau saat sepi.
V. SPIRITUAL
Pasien beragama islam dan kegiatan
ibadah yang dilakukan adalah sholat. Klien sangat percaya akan pertolongan
ALLAH dalam penyakit yang dihadapinya.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto servikal : soft tissu mass
colli dengan penyimpitan trakea, foto thorax : bekas KP dan bronchitis, laring
biopsi : epidermoid carsinoma poorly diferentiated, laboratorium : darah
lengkap.
VII
Therapy
Amox 3x500mg,asam mefenamad 3x500
mg,diit TKTP,nebuliser dan suction.
ANALISA DATA
1. Data subyektif : melalui metoda tulisan
klien mengatakan apakah ada cara lain selain operasi,takut tidak bisa berbicara
atau mengucapkan kata-kata dan kehilangan suara setelah operasi,kurang mengerti
persiapan sebelum dan setelah operasi dan menolak operasi.
Data obyektif : kekuatiran
meningkat,tampak wajah tegang.
Masalah : Kecemasan
Etiologi : Takut akan kecacatan fungsi bicara
2. Data subyektif : melalui metode tulisan
klien mengatakan sulit untuk mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang
dikatakan orang lain.
Data
obyektif : klien berkomunikasi
dengan bahasa isyarat dan menggunakan metode tulisan setelah disarankan oleh
perawat dengan tujuan agar mudah dimengerti oleh orang lain,klien kehilangan
kemampuan mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh
perawat, terpasang kanule logam pada trakeostomi.
Masalah : Kerusakan komunikasi
verbal
Etiologi : CA pada pita suara dan hambatan fisik (
selang trakeostomi ) pada kemampuan bicara.
3. Data subyektif : Melalui metode tulisan
klien mengatakan malu tidak bisa berbicara seperti dulu,malu dengan logam
kanule/stoma pada leher.
Data obyektif : Tampak wajah tegang
saat berinteraksi dengan perawat,kekuatiran meningkat,kehilangan kemampuan
untuk mengucapkan kata-kata walaupun klien mengerti apa yang dikatakan
perawat,suara hilang,ingin nebuliser dan suktion pada malam hari saja.
Masalah : Gangguan citra diri
Etiologi : Kehilangan kemampuan
untuk mengucapkan kata-kata atau bicara.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi )
terhadap kemampuan mengucapkan kata-kata.
2. Gangguan citra diri berhubungan
dengan kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata atau bicara.
3.Kecemasan berhubungan dengan takut
akan kecacatan fungsi bicara.
PLANING : di buat tanggal 1 april
2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Goal : Klien akan mempertahankan
komunikasi yang efektif.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi
dan merencanakan pilihan metode berbicara,memperlihatkan kemampuan untuk
mengekspresikan diri.
Intervensi :
-
Kaji apakah klien mempunyai gangguan komunikasi lain.
-
Diskusikan dengan pasien mengapa kemampuan mengucapka kata-kata atau
bicara hilang.
-
Anjurkan metode komunikasi
alternatif.
-
Yakinkan bahwa kemampuan bicara
akan kembali.
-
Jika tidak, jelaskan alternatif
metode komunikasi yang tersedia.
2. Diagnosa keperawatan 2.
Goal
: Klien akan mengidentifikasi perasaan
dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil : interaksi dengan
orang lain lebih meningkat, kontak mata dengan ekspresi yang rileks,tidak
cemas,mengatakan melalui metode tulisan dan partisipasi aktif dalam perawatan diri.
Intervensi :
-
Ciptakan hubungan saling percaya
perawat-klien.
-
Diskusikan arti kehilangan fungsi
bicara dan identifikasi persepsi atau harapan yang akan datang.
-
Catat reaksi emosi klien dan
tetap berinteraksi dengan klien.
-
Ajarkan klien dan ikut sertakan
keluarga dalam perawatan kanule trakeostomi,suction dan nebulizer.
3. Diagnosa keperawatan 3.
Goal
: Kecemasan berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil : Melalui metode
tulisan klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara terbuka,melaporkan
berkurangnya cemas,berkurangnya takut,berkurang atau tidak tegang,berdiskusi
dan berinteraksi dengan orang lain dan mampu memecahkan masalah.
Intervensi :
-
Kaji faktor penyebab kecemasan.
-
Monitor tingkat kecemasan klien
dan tanda vital.
-
Jelaskan apa yang terjadi selama
periode pre dan paska operasi.
-
Yakinkan klien bahwa kemampuan
bicara akan kembali.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
no
|
DX Kep.
|
Hari/tgl/jam
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
1
|
2/4-2002
08.00
08.30
09.00
10.00
|
-Mengkaji apakah ada gangguan penglihatan dan pendengaran.Klien tidak
mengalami gangguan penglihatan dan dapat mendengarkan dan berespon sesuai
dengan apa yang ditanyakan perawat.Tes pendengaran dengan alat belum
dilakuakan.
- Mendiskusikan dengan pasien bahwa bicara tidak bisa
karena pita suara tidak bisa menutup dan terpasang selang trakeostomi dengan
menunjukkan gambar.
-Menjelaskan banyak metode alternatif untuk bicara mis.bahasa
isyarat dan tulisan dengan menyiapkan kertas dan pensil.
-Meyakinkan kemampuan mengucapkan kata-kata akan kembali
dan jika tidak ada alternatif pemecahan masalahnya dengan terapi wicara
dengan bicara esofageal atau isyarat.
Meningkatkan hubungan saling percaya.Mendiskusihkan bahwa
kehilangan bicara bukan berarti klien dikucilkan dan dianggap tidak berarti
tetapi tetap diperlakukan dan dihargai sebagai individu yang utuh secara
biopsikososio dan spiritual.Klien tampak saat berinteraksi cemas,kuatir dan
ekpresi wajah tidak rileks.Tiap jam 06.00 pagi pasien dinebuliser dan
disuction oleh perawat jaga malam.
Mengkaji faktor penyebab kecemasan dan klien mengatakan
melalui tulisan dengan operasi saya takut kehilangan kemampuan bicara.Memonitor
tanda vital klien T : 130/70 mmHg,S : 36,5 derajat celsius, N :
88x/menit.Menjelaskan pada klien jika setuju dioperasi maka ada persiapan pre
operasi, misalnya puasa dan post operasi mungkin dirawat diruang UPI(Unit
Perawatan Intensif ).
|
Jam 10.30
S : Keluaga dan klien (lewat anggukan ) mengatakan
mengerti.
O : Anggukan kepala,klien menulis pesan,kadang menggunakan
bahasa isyarat untuk menyampaikan kebutuhannya.
A : Klien dapat berkomunikasi verbal lewat tulisan untuk
menyampaikan kebutuhannya dan mengerti apa yang dikatakan perawat.
P : Intervensi
dihentikan.
Jam : 11.00
S : Dengan metode tulisan klien mengatakan lebih suka
dinebulizer dan suction pada malam hari.
O : Ada kontak mata,klien tampak cemas,kuatir dan tegang.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi
dipertahankan.
Jam : 11.00
S : Klien menulis
tetap menolak operasi dan minta pulang paksa.
O: Tidak mau dioperasi dan memilih alternatif lain
misalnya radioterapi dan kemoterapi yang tidak menghilangkan kemampuan untuk
berbicara.Tampak kuatir dan tegang.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dipertahankan tetapi
pada jam 12.00 klien pulang dan diberikan pendidikan
kesehatan tentang cara suction dan mencairkan lendir dengan uap air oleh
perawat ruangan.
|
ASUHAN
KEPERAWATAN TN. MESERI
DENGAN
KARSINOMA LARING DI RUANGAN PERAWATAN THT
I. IDENTITAS
Nama : Tn. Meseri
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :
Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat
: Jl.
Pandean II no. 379/Sidoarjo
MRS :
24 Maret 2002
No. Register : 10145532
Tempat/tanggal pengkajian: Ruangan THT,
1 April 2002 jam 07.00
Alasan dirawat :
Sesak tiga minggu sebelumnya didahului serak dua tahun yang lalu dan semakin memberat.
Keluhan utama sebelumnya :
sesak,tenggorokan sakit dan tersedak waktu makan.
Upaya yang telah dilakukan :ke dokter
praktek
Terapi/operasi : ke dokter praktek dicurigai
astma dan diberikan obat oral astma dan operasi belum perna di lakukan.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING
HISTORY )
2.1
Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien pernah menderita TBC paru lima
tahun yang lalu. Dari hasil foto thorax ( medik ) di identifikasi bekas KP non
aktif.
2.2
Riwayat penyakit sekarang
Pasien sesak dan parau saat di rumah dan
dibawa kedokter oleh istrinya. Di curigai pasien astma dan dokter memberikan
obat oral astma, ternyata tidak ada perubahan dan bertambah sesak kemudian
pasien dibawah ke rumah sakit umum sidoarjo dan kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Soetomo surabaya tanggal 24 maret 2002 jam 17.00.
Setelah di kaji pasien sesak,stridor
positip,foto servikal : soft tissu mass colli dengan penyempitan trakea. Foto
thorax : bekas KP dan Bronchitis.Diagnosa medik sementara diduga kanker laring.
Klien langsung dipersiapkan untuk tracheostomi untuk mengatasi sumbatan jalan
napas, sekaligus dilakukan biopsi untuk pemeriksaan PA.Informed consend ditanda
tangani oleh istri Tn. Meseri.Tindakan dilakukan jam 18.00 dan selesai 18.15.
Post trecheostomi pasien tidak sesak, batuk tidak ada, terpasang kanule logam
pada cincin trakea 3-4, sadar baik,terpasang infus RL 1000 cc/24 jam dan D 5%
1500 cc/24 jam,terpasang 02 masker 6 liter.
2.3
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kakek,nenek,saudara kandung
ibu/bapak,saudara kandung pasien tidak ada yang sakit. Demikian juga dengan
penyakit keturunan. Keluarga yang meninggal adalah kakek dan nenek karena usia
tua.
2.4
Keadaan kesehatan lingkungan
Tinggal di lingkungan yang cukup bersih.
Ada tempat pembuangan sampah. Tidak ada penumpukan sampah disembarang tempat.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan umum
Pasien kanker laring post trakeostomi
dan biopsi tanggal 24 maret 2002 dan tanggal 1 april 2002 keadaan umum tidak
sesak, tidak nyeri,tidak batuk,suara hilang,berkomunikasi dengan bahasa isyarat,terpasang
kanule logam pada stoma yang dibuat pada trakea.
2.
Tanda-tanda vital
Suhu 36 derajad / axilla,nadi 88X /menit
teratur, tensi 130/70 mmHg lengan kiri posisi berbaring,respirasi rate 20 X
menit normal.
3.
Body system
3.1
Pernapasan ( B 1 : Breathing )
Pernapasan melalui trakea yang dibuat
lubang ( trakeostomi ). Bentuk dada simetris,lendir ada dan dilakukan nebuliser
dan suktion oleh perawat ruangan.
3.2
Cardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Tidak ada nyeri dada, palpitasi tidak ada,
tidak ada pusing,udema tidak ada, dan tidak ada udema.
3.3
Persyarafan ( B3 : Brain )
Composmentis,GCS : 15, Eye : 4, Verbal :
5, Motorik : 6. Kepala dan wajah tidak ada cedera, Mata dan sklera
normal,conjuntiva merah muda,pupil isokor dan normal. Leher ada pembesaran
kelenjar limfe,ada stoma pada leher ( trakeostomi ) untuk mengatasi sumbatan
jalan napas atas.Reflek patela normal. Persepsi sensori pendengaran kiri-kanan
normal,penglihatan normal,perabaan normal.
3.4
Perkemihan-Eliminasi Uri ( B4 : Bladder )
Produksi urin kurang lebih 1500-1800
cc/24 jam.Kadang jika banyak minum maka kencing banyak,warna kuning tua dan bau
normal. Tidak ada masalah dalam perkemihan.
3.5
Pencernaan-Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Oral higiene baik,mulut bersih,tidak ada
ulkus atau tumor,tenggorok normal,abdomen tidak ada pembesaran hepar dan
limpa,bunyi perkusi timpani atau normal,bunyi peristaltik normal,BAB 1-2X/hari
konsistensi padat-lunak. Tidak ada masalah dengan BAB. Tidak menggunakan obat
pencahar.
3.6
Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak
ada parese,paralise dan hemiparese. Extremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan. Tulang belakang tidak ada ceera. Warna kulit sawo matang,akral
hangat.Tidak ada masalah pada warna kulit dan turgor baik.
3.7
Sistem Endokrin
Tidak mendapat atau menggunakan terapi
hormon,goiter tidak ada,tidak ada polidipsi,poliphagi dan poliuri. Tidak ada
exopthalmus.
IV. SOSIAL /INTERAKSI DAN PSIKOLOGI.
Hubungan klien dengan istri dan
anak-anak baik. Hubungan dengan keluarga lain baik. Dukungan keluarga aktif
baik psikologis support dan finansial. Kontak mata saat interaksi,tidak bisa
berbicara atau mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan orang
lain,suara hilang akibat kanker laring kususnya pada pita suara.Klien berbicara
dengan bahasa isyarat dan tulisan.Melalui tulisan klien mengatakan apakah ada
alternatif lain selain operasi.Klien mengatakan takut setelah operasi tidak
bisa berbicara atau hilang suara selamanya,serta tidak mengerti persiapan yang
dilakukan sebelum dan sesudah operasi. Klien
menolak operasi.Melalui tulisan klien mengatakan malu tidak bisa
berbicara seperti dulu dan malu dengan stoma/logam trakeostomi yang ada
dileher.Klien meminta kalau nebuliser dan suction dilakukan pada malam hari
atau saat sepi.
V. SPIRITUAL
Pasien beragama islam dan kegiatan
ibadah yang dilakukan adalah sholat. Klien sangat percaya akan pertolongan
ALLAH dalam penyakit yang dihadapinya.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto servikal : soft tissu mass colli
dengan penyimpitan trakea, foto thorax : bekas KP dan bronchitis, laring biopsi
: epidermoid carsinoma poorly diferentiated, laboratorium : darah lengkap.
VII Therapy
Amox 3x500mg,asam mefenamad 3x500
mg,diit TKTP,nebuliser dan suction.
ANALISA DATA
1.
Data subyektif : melalui metoda tulisan klien mengatakan apakah ada cara
lain selain operasi,takut tidak bisa berbicara atau mengucapkan kata-kata dan
kehilangan suara setelah operasi,kurang mengerti persiapan sebelum dan setelah operasi
dan menolak operasi.
Data obyektif : kekuatiran
meningkat,tampak wajah tegang.
Masalah : Kecemasan
Etiologi
: Takut akan kecacatan fungsi bicara
2.
Data subyektif : melalui metode tulisan klien mengatakan sulit untuk
mengucapkan kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan orang lain.
Data obyektif : klien berkomunikasi dengan bahasa
isyarat dan menggunakan metode tulisan setelah disarankan oleh perawat dengan
tujuan agar mudah dimengerti oleh orang lain,klien kehilangan kemampuan mengucapkan
kata-kata tetapi mengerti apa yang dikatakan oleh perawat, terpasang kanule
logam pada trakeostomi.
Masalah : Kerusakan komunikasi verbal
Etiologi
: CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ) pada
kemampuan bicara.
3.
Data subyektif : Melalui metode tulisan klien mengatakan malu tidak bisa
berbicara seperti dulu,malu dengan logam kanule/stoma pada leher.
Data obyektif : Tampak wajah tegang saat
berinteraksi dengan perawat,kekuatiran meningkat,kehilangan kemampuan untuk
mengucapkan kata-kata walaupun klien mengerti apa yang dikatakan perawat,suara
hilang,ingin nebuliser dan suktion pada malam hari saja.
Masalah : Gangguan citra diri
Etiologi : Kehilangan kemampuan untuk
mengucapkan kata-kata atau bicara.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan CA pada pita suara dan hambatan fisik ( selang trakeostomi )
terhadap kemampuan mengucapkan kata-kata.
2. Gangguan citra diri berhubungan
dengan kehilangan kemampuan mengucapkan kata-kata atau bicara.
3.Kecemasan berhubungan dengan takut
akan kecacatan fungsi bicara.
PLANING : di buat tanggal 1 april 2002
1.
Diagnosa keperawatan 1.
Goal : Klien akan mempertahankan
komunikasi yang efektif.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan
merencanakan pilihan metode berbicara,memperlihatkan kemampuan untuk
mengekspresikan diri.
Intervensi :
-
Kaji apakah klien mempunyai gangguan komunikasi lain.
- Diskusikan dengan pasien mengapa
kemampuan mengucapka kata-kata atau bicara hilang.
- Anjurkan metode komunikasi
alternatif.
- Yakinkan bahwa kemampuan bicara akan
kembali.
- Jika tidak, jelaskan alternatif
metode komunikasi yang tersedia.
2.
Diagnosa keperawatan 2.
Goal
: Klien akan mengidentifikasi
perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil : interaksi dengan orang
lain lebih meningkat, kontak mata dengan ekspresi yang rileks,tidak
cemas,mengatakan melalui metode tulisan dan partisipasi aktif dalam perawatan
diri.
Intervensi :
- Ciptakan hubungan saling percaya
perawat-klien.
- Diskusikan arti kehilangan fungsi
bicara dan identifikasi persepsi atau harapan yang akan datang.
- Catat reaksi emosi klien dan tetap
berinteraksi dengan klien.
- Ajarkan klien dan ikut sertakan
keluarga dalam perawatan kanule trakeostomi,suction dan nebulizer.
3.
Diagnosa keperawatan 3.
Goal
: Kecemasan berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil : Melalui metode tulisan
klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara terbuka,melaporkan
berkurangnya cemas,berkurangnya takut,berkurang atau tidak tegang,berdiskusi
dan berinteraksi dengan orang lain dan mampu memecahkan masalah.
Intervensi :
- Kaji faktor penyebab kecemasan.
- Monitor tingkat kecemasan klien dan tanda
vital.
- Jelaskan apa yang terjadi selama
periode pre dan paska operasi.
- Yakinkan klien bahwa kemampuan bicara
akan kembali.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
no
|
DX Kep.
|
Hari/tgl/jam
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
1
|
2/4-2002
08.00
08.30
09.00
10.00
|
-Mengkaji
apakah ada gangguan penglihatan dan
pendengaran.Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan dapat mendengarkan
dan berespon sesuai dengan apa yang ditanyakan perawat.Tes pendengaran dengan
alat belum dilakuakan.
-
Mendiskusikan dengan pasien bahwa bicara tidak bisa karena pita suara tidak
bisa menutup dan terpasang selang trakeostomi dengan menunjukkan gambar.
-Menjelaskan
banyak metode alternatif untuk bicara mis.bahasa isyarat dan tulisan dengan
menyiapkan kertas dan pensil.
-Meyakinkan
kemampuan mengucapkan kata-kata akan kembali dan jika tidak ada alternatif
pemecahan masalahnya dengan terapi wicara dengan bicara esofageal atau
isyarat.
Meningkatkan
hubungan saling percaya.Mendiskusihkan bahwa kehilangan bicara bukan berarti
klien dikucilkan dan dianggap tidak berarti tetapi tetap diperlakukan dan
dihargai sebagai individu yang utuh secara biopsikososio dan spiritual.Klien
tampak saat berinteraksi cemas,kuatir dan ekpresi wajah tidak rileks.Tiap jam
06.00 pagi pasien dinebuliser dan disuction oleh perawat jaga malam.
Mengkaji
faktor penyebab kecemasan dan klien mengatakan melalui tulisan dengan operasi
saya takut kehilangan kemampuan bicara.Memonitor tanda vital klien T : 130/70
mmHg,S : 36,5 derajat celsius, N : 88x/menit.Menjelaskan pada klien jika
setuju dioperasi maka ada persiapan pre operasi, misalnya puasa dan post
operasi mungkin dirawat diruang UPI(Unit Perawatan Intensif ).
|
Jam
10.30
S
: Keluaga dan klien (lewat anggukan ) mengatakan mengerti.
O
: Anggukan kepala,klien menulis pesan,kadang menggunakan bahasa isyarat untuk
menyampaikan kebutuhannya.
A
: Klien dapat berkomunikasi verbal lewat tulisan untuk menyampaikan
kebutuhannya dan mengerti apa yang dikatakan perawat.
P : Intervensi dihentikan.
Jam
: 11.00
S
: Dengan metode tulisan klien mengatakan lebih suka dinebulizer dan suction
pada malam hari.
O
: Ada kontak mata,klien tampak cemas,kuatir dan tegang.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dipertahankan.
Jam
: 11.00
S : Klien menulis tetap menolak operasi dan
minta pulang paksa.
O:
Tidak mau dioperasi dan memilih alternatif lain misalnya radioterapi dan
kemoterapi yang tidak menghilangkan kemampuan untuk berbicara.Tampak kuatir
dan tegang.
A
: Masalah belum teratasi
P
: Intervensi dipertahankan tetapi
pada
jam 12.00 klien pulang dan diberikan pendidikan kesehatan tentang cara
suction dan mencairkan lendir dengan uap air oleh perawat ruangan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan.
Edisi
2.Jakarta : EGC
Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Brunner. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2.Edisi 8.Jakarta : EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Laring.diunduh
tanggal 24 September 2013
Langganan:
Komentar (Atom)