KMB 1
KANKER NASOFARING
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
2013
Kanker Nasofaring
Pengertian
Kankernasofaring (KNF) adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring
di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.Kanker ini
merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak di temukan di
Indonesia.Hampir 60% tumor ganas dan leher merupakan kanker nasofaring,
kemudian diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%),
dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah.
Pada banyak kasus, nasofaring carsinoma banyak terdapat pada ras
mongoloid yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan
Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker
jenis ini.Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang
diturunkan secara genetik.
Etiologi
dan Epidemiologi
Etiologi
Walaupun etiologi belum dapat di
pastikan, namun dari tiga hal pokok yang menjadi sorotan sebagai faktor
penyebab yaitu : virus Epstein Barr (EBV), faktor eksogen, faktor genetik.
1. Virus
Epstein Barr (EBV)
Di dalam serum sebagian
besar penderita KNF di identifikasi antibody terhadap antigen virus EB terutama
antibody terhadap virus capsit antigen (IgA-VCA) dengan titer tinggi yang
berbeda bermakna dengan kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat
antara infeksi virus EB dengan KNF.Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa
sebab muncul simtom KNF, IgA-VCA mungkin meningkat dalam serum.hal ini
menunjukkan pertanda bahwa virus berperan dalam pertumbuhan KNF. Selain dari
pada itu pada penelitian histopatologi KNF dapat diidentifikasi EBV-DNA,
menunjukkan adanya virus genomes dalam jaringan tumor. Mungkin virus EB
merupakan karsinogenik, sedang faktor eksogen antara lain nitrosamin dan asap
merupakan ko-karsinogenik dan ras
merupakan predisposisi.
Kenaikan IgA-VCA
berkaitan erat dengan subtype histopatologi. Pada subtype karsinoma tanpa
keratin dan karsinoma diferensiasi rendah (undiferensiasi), titer IgA-VCA
tinggi. Pada karsinoma skuamos atau diferensiasi rendah, IgA-VCA tidak naik,
namun EBV-DNA dijumpai dijaringan tumor.Kenaikan titer IgA-VCA juga dijumpai
pada penderita limfoma Burkitt, beberapa kasus limfoma Hodgkin, sarcoma
imunoblastik, beberapa karsimoma kelenjar salivary dan timus.
2. Faktor
Eksogen
Ikan asin mengandung
nitrosamine dikenal sebagai bahan karsinogenik.Konsumsi ikan asin yang terus
menerus dalam jangka waktu yang lama merupakan faktor penyebab KNF.Di desa,
ikan asin merupakan lauk pauk sehari-hari, bahkan termasuk pada 9 bahan pokok
makanan.Mungkin hal ini ada kaitannya dengan insiden KNF yang lebih banyak pada
masyarakat desa.Asap, diduga ikut sebagai faktor penyebab. KNF banyak dijumpai
pada tukang masak ataupun perokok.
3. Faktor
Genetik
Ras dianggap sebagai
predisposisi KNF.Insiden KNF pada orang Cina perantauan yang asal usulnya dari
Cina bagian Selatan juga tinggi. Berdasarkan insiden, peta geografi dan ras KNF
dibagi dalam 3 kelompok besar :
1) Insiden
tinggi, 15-30 per 100.000 kasus terdapat didaerah Cina bagian selatan terutama
di Provinsi Guandong dan Guanxi, Hongkong dan daerah imigran orang Cina di Asia
Tenggara, California dan Negara lain.
2) Insiden
sedang, 4-15 per 100.000 kasus, dijumpai pada orang Eskimo di Greenland,
Canada, Alaska dan beberapa suku di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam dan
daerah Cina selatan lainnya.
3) Insiden
rendah, kurang dari 4 per 100.000 kasus terdapat didaerah Cina bagian Utara,
Jepang, Eropa, dan Amerika.
Umur penderita KNF
terbanyak pada decade 4-6.Insiden tidak bertambah setelah umur 60 tahun dan
jarang pada umur sebelum 15 tahun.Laki-laki lebih banyak terjangkiti dari pada
wanita dengan perbandingan 3:1.
Pertumbuhan
KNF
Nasofaring terletak pada saluran napas
bagian atas dibelakang kavum nasi berbentuk kerucut terpotong.Daerah tetangga
nasofaring adalah rongga hidung, tuba Eustakius dan basis kranii.Pertumbuhan
tumor pada daerah tetangga menimbulkan manifestasi klinis tertentu.Dalam
pertumbuhan KNF dikenal 3 bentuk yaitu bentuk ulkus, nodul dan eksofitik.
1. Bentuk
ulkus
Terbanyak dijumpai di
dinding posterior nasofaring atau fossa Rossenmuller yang lebih dalam dan
sebagian kecil didinding lateral. Biasanya lesi tumbuh progresif infiltrative,
meluas pada jaringan sekitarnya antara lain kebagian lateral atau kea tap
nasofaring dan tulang basis cranium, merusak foramen dan kemudian meluas pada
fossa cerebralis tengah, melibatkan beberapa syaraf cranium (II, III, IV, V, V)
yang menimbulkan gangguan neurologik.
2. Bentuk
nodul
Terbanyak muncul diarea
tuba Eustakhius dan infiltrasi pada sekitar tube diikuti obliterasi yang
menimbulkan gangguan pendengaran.Tumor meluas pada petrospenoindal dan tumbuh
disekitar bebrapa syaraf cranial namun tidak menimbulkan gangguan
neurologic.Pada stadium lebih lanjut tumor meluas pada fossa serebral tengah
dan merusak tulang basis kranii atau meluas kedaerah orbital melalui fisura
orbital inferior dan mungkin infasi pada sinus maksilaris melalui os ethmoid.
3. Bentuk
Eksofitik
Biasanya polipoid non
ulseratif, muncul dari bagian atap, mengisi cavum nasofaring dan mendorong
palatum molle meluas ke cavum nasi yang menimbulkan penyumbatan pada
hidung.Tumor ini mudah nekrosis dan perdarahan dengan manifestasi klinik
epitaksis.Tipe ini jarang melibatkan syaraf cranial.
4. Metastasis
Sebagian besar KNF
menyebar secara limfogen dimulai pada KGB regional basis kranii, kemudian
kerantai jugular dan terutama pada KGB dibelakang sternokleidomastoideus
submastoid.Pada pemeriksaan pertama dari penderita 60-90% dijumpai
limfadenopati leher unilateral ataupun bilateral.
KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
Sebagian
besar tumor ganas nasofaring (95%) adalah karsinoma (KNF) dan sisanya merupakan
adenokarsinoma, limfoma, sarkoma, neuroblastoma, dan melanoma.
Dalam
rangkaian manajemen KNF identifikasi tipe histopatologi merupakan hal yang
mutlak.Akan tetapi klasifikasi subtipe histopatologi belum ada
keseragaman.Evolusi konsep klasifikasi berjalan ari tahun ketahun.
Pada
waktu yang bersamaan (1921) Regaud dan Reverchon di Perancis dan Schmincke di
Jerman mengemukakan bahwa KNF berasal dari transformasi elemen epitel dan jaringan
limfoid nasofaring yang disebut limfoepitileoma.Svoboda
(1967) mendemonstrasikan keratin dalam sitoplasma dan mengambil kesimpulan
bahwa KNF adalah variasi dari karsinoma sel skuamus.
Pakar
patologi Eropa (1978) meninjau kembali histopatologi dengan efek kemoterapi dan
mengajukan konsep klasifikasi histopatologi KNF dalam 2 subtipe :
1.
Squmous
cell carcinoma (SCC)
2.
Undifferentiated
carcinoma nasopharyngeal (UCNT).
Konsep ini disebut
klasifikasi Micheau.
Pada
waktu yang hampir bersamaan WHO (1978) mengajukan klasifikasi KNF berdasarkan
konsep Shanmurgartnam dan Sobin. Menurut WHO KNF dibagi dalam 3 subtipe :
1.
Keratinizing
squamous carcinoma (KSC)
2.
Nonkeratinizing
squamous cell carcinoma (NKC)
3.
Undifferentiated
(UC).
Tiga
tahun kemudian pakar Jerman, Kruger dan Wustow mengajukan klasifikasi baru yang
merupakan penyempurnaan klasifasi WHO dengan memperhitungkan adanya infiltrasi
limfosit sebagai berikut:
1.
Squamous
cell carcinoma
2.
Nonkeratinizing
squamous cell carcinoma
a. Tanpa
infiltrasi sel limfosit
b. Dengan
infiltrasi sel limfosit
3.
Undifferentiated
carcinoma
a. Tanpa
infiltrasi sel limfosit
b. Dengan
infiltrasi sel limfosit
Kurger dan Wustrow
menduga bahwa kehadiran limfosit pada masa tumor berhubungan erat dengan
prognosis.
Sebelumnya Mukawi
(1974) dari indonesia, mengajukan klasifikasi KNF dalam 5 subtipe :karsinoma epidermoid dengan / tanpa
keratin, adenokarsinoma, adenoid cystic
karsinoma, mucoepidermoid carcinoma, nasopharyngeal carcinoma small cell/large
cell type.
Klasifikasi WHO adalah
sederhana dan mempunyai korelasi dengan aspek klinik.Akan tetapi Micheau
berpendapat bahwa klasifikasi WHO kurang tajam.Subtipe 2 yang jumlahnya relatif
sedikit merupakan diagnosis hybrid
(silang) dari subtipe 1 ataupun subtipe 3.Sebagian subtipe 2 ini tidak ada
kaitannya dengan serologi VCA dan juga prognosisnya berbeda. Demikian juga
respon terhadap radiasi, ternyata tidak semua subtipe 2 memberi respon yang
sama terhadp radioterapi. Klasifikasi Micheau lebih sederhna, praktis dan
berhubungan erat dengan epidemiologi, radioterapi dan prognosis.Subtipe UNCT
merupakan golongan terbanyak dan titer IgA-VCA biasanya meninggi bermakana,
sensitif terhadap radiasi dan dijumpai pada umur lebih muda dan prognosis lebih
baik.Sementara subtipe SCC jumlahnya relatif sedikit lebih banyak pada umur
lebih tua dan tidak ada hubungannya virus EB, resisten terhadap radiasi dan
prognosis kurang memuaskan.
SIMTOMATOLOGI
Keluhan penderita tergantung pada invasi tumor pada jaringan
sekitar nasofaring dan metastasis melalui sistem pembuluh getah
bening di nasofaring dan leher (Gambar 4-4). Oleh sebab itu sistom yamg sering
ditemukan adalah gangguan pada kavum nasi, pendengaran, penglihatan,
neurologis syaraf kranial dan pembengkakanKGB di leher.
1.Gangguan Pada Kavum
Nasi.Berupa :epistaksis; hidung tersumbat; pilek yang sudah lama, lebih dari 1 bulan dengan ingus warna
kuning seperti nanah dan kadang-kadang berbau. Apabila simtom ini ditemukan
pada orang dengan umur lebih dari 40 tahun, dianjurkan pemeriksaan nasofaring
lebih cermat.Gangguan hidung ini lebih banyak dijumpai pada KNF yang tumbuh
eksofitik.
2.Gangguan
Pendengaran.Termasukdi dalamnya; telinga seperti
penuh atau tersumbat; mendenging (tinitus); tuli hantaran. Simtom ini
merupakan pertanda bahwa KNF telah
meluas ke tuba Eustakhius yang sering diabaikan oleh penderita dan bahkan
dokter.
3.Gangguan
Neurologik. Gangguan ini dapat berupa: kepala sakit
dimulai dengan unilateral, kemudian menjadi bilateral; kurang rasa atau
hipoastesi di kulit pipi; gangguan di mata berupa diplopia (kelumpuhan syaraf
VI), ophtalmoplegia (kelumpuhan syaraf III dan IV), eksoptalmi (Gambar 4-5) dan
gangguan penglihatan (kelumpuhan kiasma optikus);ptosis (kelumpuhan syaraf
abdusen).
4.Pembengkakan
KGB di leher. Limfadenopati atau pembengkakan KGB
di leher bagian atas terutama daerah mastoid, di belakang atau di dalam m.
sternokleidomastoideus dan di belakang angulus mandibularis harus dicurigai
sebagai metastasis dari KNF (Gamb. 4-4), apalagi pada pemerikasaan mulut,
lidah, tonsil dan hidung tidak dijumpai kelainan.Sebagian besar (69-90%)
penderita KNF datang pada dokter dengan keluhan utama pembengkakan KGB di
leher.Bahkan beberapa penderita hanya dengan simtom limfadenopati di leher.
Kadang-kadang KGB di leher dijumpai membesar, namun tumor primer kecil, bahkan
pada biopsi nasofaring tidak ditemukan tumor ganas (KNFtersembunyi), akan
tetapi pada autopsi dibuktikan adanya KNF.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Simtom
Menurut formula digby,
setiap simtom mempunyai nilai diagnostic dan berdasarkan jumlah nilai dapat
ditentukan KNF seperti terlihat pada table
4 – 1 , nilai formula digby.
Table 4 – 1 FORMULA DIGBY
|
Simtom
|
nilai
|
|
Massa
terlihat pada nofaring
Gejala
khas di hidung
Gejala
khas pendengaran
Kepala
sakit unilateral atau bilateral
Gangguan
neurologic syaraf otak
Ekoptalmus
Limfadenopati
di leher
|
25
15
15
5
5
5
25
|
Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnose
klinis KNF dapat dipertanggung jawabkan. Sekalipun secara kli nis jelas KNF,
namun biopsy tumor primer mutlak dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis
histopatologi, juga menentukan subtype
histopalogi uang erat kaitannya dengan terapi dan prognosis.
2. Pemeriksaan
nasofaring
Pemeriksaan tumor primer di nasofaring
dapat dilakukan dengan cara rinoskopi posterior (tidak langsung) dan
nasofaringoskopi (langsung), serta fibernasofaringoskopi.
Rinoskopi
posterior.Alat sederhana dan murah terdiri dari lampu kepala. Kaca laring,
penekan lidah, lampu spiritus untuk pemanas kaca laring ( menghindari kabut
nafas pada kaca laring), anastesi local (spray) dan tang biopsy.
Prosedur
dan tekhniknya sederhana, dapat dikerjakan oleh dokter umum yang bekerja di
puskesmas.Dalam posissi duduk pasien disuruh buka mulut lidah ditekan dan
kemudian dengan mempergunakan kaca laring dan lampu kepala keadaan nasofaring
diamati. Apabila pada nasiofaring terlihat massa tumor, maka daerah nasofaring
disemprot dengan cairan anastesi dan dilakukan biopsy. Metode ini disebut cara
tidak langsung dengan biopsy buta. Pada biopsy buta risiko buta negative palsu
ada karena biopsy tidak kena sasaran atau tdak adekuat.
Nasofaringoskopi.Tumor
pada nasofaring dapat juga dilihat dengan mempergunakan nasofaringoskop. Alat
yang dipergunakan terdiri dari teleskop dengan sudut bervariasi yaitu sudut
0,30 dan 70 derajat dan forsep atau cunam biopsy yang membuka ke kanan atau
kekiri. Nasofaringoskopi dapat dilakukan dengan cara ; 1.transnasal, teleskop
yang dimasukan di hidung, 2.transoral teleskop dimasukan kerongga mulut.
Fibernasofaringoskopi.Merupakan
alat optic canggih, sifatnya lentur dan diujungnya dilengkapi alat biopsy.
Biopsy massa tumor dapat dilakukan dengan melihat langsung sasaran. Oleh sebab
itu ketepatan diagnosis dengan memakai alat ini lebih tinggi disbanding dengan
biopsy buta.
3. Radiologi
Untuk meihat massa tumor nasofaring dan
mengevaluasi invasi pada jaringan sekitarnya, diperlukan ;
Foto
nasofaring. Biasanya digunakan untuk melihat massa tumor pada nasofaring dan
dekstruksi tulang basis kramii. Biasanya foto diamlbil dari arah
submentovertikal (aksis) dan lateral kepala.
CT
Scan. Permeriksaan ini dipergunakan selain untuk melihat massa tumor, juga
dapat mengevaluasi luasnya invasi pada jaringan sekitar nasofaring. Cara
pemeriksaan ini biayanya mahal, memerlukan keahlian khusus.
4. Patologi
Ada beberapa pemeriksaan patologi yang
merupakan sarana untuk menegakan diagnosis;
Sitologi.
Pemeriksaan sitologi sediaaan apus yang diambil dengan cara usapan lidi – kapas
(cotton swab) menurut ACIC (1965) kurang
popular karena gambaran sitologi positif hanya 44 % shanmugaratnam
menemukan 60%
Pengambilan
bahan pemeriksaan sitologi dapat juga dilakukan dengan cara aspirasi dan kuas
(brush) .namun cara sitologi expoliatif ini belum member hasil yang memuaskan,
sering terjadi negative palsu.
Sitologi
biopsy aspirasi KGB.Sebagian besar KNF ditemukan dengan pembesaran KGB di
leher.Untuk membuktikan pembesaran KGB merupakan metastasis KNF dilakukan
pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi.Biopsy bedah dihindari karena dapat
mempercepat penyebaran sel tumor secara luas, kecuali bila diseksi en bloc
dapat dilakukan.
Sejumlah
kasus KNF diketahui atas dasar pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi KGB.Pada
pengamatan, arsitektur sitologi kurang lebih sesuai dengan subtype
histopatologi. Mungkin pada kasus KNF yangdisertai pembesaran KGB , diagnosi
sitologi biopsy aspirasi KGB dapat dipergunakan sebagai dasar untuk terapi
terutama pada kasus dimana biopsy nasoparing sulit dilakukan.
Hitopatologi.Biopsy
nasoparing mutlak dilakukan walaupun klinis jelas KNF. Tujuannya untuk
konfirmasi histopatologi dan menentukan subtype histopatologi. Klasifikasi
histopatologi beraneka ragam, namun yang paling sederhana dan relevan dengan klinik
adalah klasifikasi Micheaou:
1) Squamous
cell carcinoma (SCC). diferensiasi sel tumor baik, sitoplasma padat, mengandung
keratin, batas antara sel dengan sel lain biasanya jelas dan pada beberapa sel
dapat di kenal intercellular bridge
2)
Undifferentiated carcinoma
nasoperingeal tipe (UCNT). Differensiasi sel tumor lebih banyak imatur,
disorganisasi lebih jelas, hubungan sel dengan sel lain sulit ditentukan.
Bentuk dan besar sel bervariasi.Pada kasus dimana KNF sulit dibedakan dengan
kanker lain (limfoma sarcoma anaplastik) perlu dilakukan pemeriksaan khusus
dengan teknik imunohistokemistri dengan memepergunakan serum anti keratin.
STADIUM KLINIS
Klasifikasi
stadiumklinis belum seragam, namun umumnya merupakan modifikasi sistem TNM
antara lain UICC (1974), AJC (1976) dan Ho (1970). Klasifikasi Ho sering
dipergunakan evaluasi kelainan lebih sederhana. Ho mengajukan klasifikasi
seperti pada tabel.
PEMBAGIAN STADIUM KLINIS KARSINOMA NASOFARING
MENURUT KLASIFIKASI DARI Ho (1970)
|
STADIUM
|
INTERPRETASI
|
|
I
|
Tumor terbatas pada nasofaring, tak teraba KGB
leher, tidak ada metastasis pada organ lain.
|
|
II
|
Tumor meluas pada fasa nasalis, orofaring atau
otot atau saraf dibawah tulang basis kranii, tak teraba KGB di leher/
perbesaran KGB di leher bagian proksimal, tidak ada metastasis pada organ
lain.
|
|
III
|
Tumor meluas pada organ, tak teraba KGB di leher/
perbesaran KGB di leher bagian proksimal/ perbesaran KGB di daerah antara
crease dan fosa klavikilaris, tidak ada metastasis pada organ lain.
|
|
IV
|
Tumor terbatas pada nasofaring/ Tumor meluas pada
fasa nasalis, orofaring atau otot atau saraf dibawah tulang basis kranii/
Tumor meluas pada organ, pembesaran KGB di daerah bagian atas klavikula,
tidak ada metastasis pada organ lain.
|
|
V
|
Tumor metastasi pada kulit, KGB di bawah klavikula
atau pada organ lain (ada metastasis padaKGB yang terletak di bawah
klavikula, pada kulit ataupun organ lain).
|
TERAPI
Terapi dititkberatkan pada radiasi,
sitostatik dan terapi suportif.
1. Radioterapi.
Sampai sekarang pengobatan KNF yang dominan adalah dengan radiasi. Selain biaya
relatif murah, juga efektif. Terapi radiasi dilakukan dengan 2 cara:
1. Telepati.
Sumber sinar di luar tubuh. Biasanya dipergunakan radioaktif Cobalt60 yang
ditujukan pada tumor dan metastasis KGB regional. Dosis tergantung pada
subtipe. Pada KNF subtipe UCNT, dosis 4000-5000 rad, sedang pada SCC dosis
6000-7000 rad.
2. Brakiterapi.
Bahan radioaktif dimasukkan ke dalam KNF dengan alat aplikator. Tumor akan
mendapat radiasi dosis tinggi sedang jaringan sekitarnya bebas dari efek
radiasi.
Kemajuan
teknologi dibidang radioterapi memberi harapan bahwa KNF dapat disembuhkan.
2. Kemoterapi.
Pemberian obat sitostatika ada 2 cara yaitu sebagai obat tunggal dan obat
ganda.
1. Obat
tunggal. Jenis obat tunggal antara lain methotrexat (40 mg/m2 ),
mitomycin C (0,2 mg/Kg BB), cycophosphamide (800 mg/m2), blcocyn (15
mg/m2), 5-fluorourasil (600 mg/m2) dan cisplatin.
Obat-obat tunggal ini lebih efektif bila dikombinasi dengan radioterapi oleh
karena keduanya bersifat adiktif atau sinergis. Obat tunggal ini biasanya
diberikan pada seri permulaan radioterapi 2 kali dalam seminggu.
2. Obat
sitostatika ganda. Pemberian sitostatika ganda biasanya lanjutan radioterapi
atau diberikan sebelum dan sesudah radioterapi yang dikenal dengan nama
sandwichtharep. Pemberian sitostatika ganda (ragim), UICC (1981) menganjurkan
kombinasi COF-COM, BMC dan COMA.
3.
Kombinasi COF-COM
Hari
ke 1 : Cyclophophamide 500 mg
iv
Oncovin 1 mg
iv
5-Fluorasil
750 mg iv
Hari
ke 8 : Cyclophophamide 500 mg
iv
Oncovin 1 mg
iv
Methotrexate
50 mg iv
4.
Kombinasi BMC
Hari
ke 1 : Bleocyn 10 mg iv
Methotrexate
20 mg iv
Pemberian
kombinasi diulang setiap 2 minggu.
Hari
ke 2 : Cia Platinum 80 mg iv
Pemberian
ulang disetiap 10 minggu.
5.
Kombinasi COMA
Cyclophophamide
500 mg/m2iv
Oncovin 1.4 mg/m2iv
Methotrexate 40 mg/m2iv
Adriamycin 40 mg/m2iv
Pemberian
kombinasi diulang setiap 3 minggu.
Khusus pemberian Cis
Platinum harus diperhatikan fungsi ginjal
karena sitostatika ini sifatnya nefrotoksik. Disamping itu pemberian Cis
Platinum harus disertai prehidrasi dan diuretik (furosemid) dan sebaiknya
diberi infus manitol.
ASUHAN KEPERAWATAN
1
Pengkajian
a.
Identitas/ biodata klien
- Nama
- Tempat tanggal lahir
- Umur
- Jenis Kelamin
- Agama
- Warga Negara
- Bahasa yang digunakan
Penanggung
Jawab
- Nama
- Alamat
10.
Hubungan dengan
klien
b.
Keluhan Utama
Leher terasa nyeri, semakin lama semakin membesar, susah menelan, badan merasa
lemas, serta BB turun drastis dalam waktu singkat.
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang
d.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
e.
Riwayat Kesehatan Keluarga
g.
Keadaan Lingkungan
2
Observasi
(1)
Keadaan Umum
- Suhu
- Nadi
- Tekanan Darah
- RR
- BB
- Tinggi badan
(2)
Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing)
: RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat.
B2 (blood)
: normal
B3 (brain)
: Pusing, nyeri, gangguan sensori
B4 (bladder)
: Normal
B5 (bowel)
: Disfgia, Nafsu makan turun, BB turun
B6 (bone)
: Normal
3
Diagnosa
- Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).
- Gangguan sensori persepsi (pendengaran ) berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
- Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
- Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit.
(4)
Intervensi
- Nyeri (akut) berhubungan dengan
agen injuri fisik (pembedahan).
Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri
- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Mandiri
Kolaborasi
|
|
- Gangguan sensori persepsi (pendengaran ) berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan
: mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi.
Kriteria
Hasil: mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien .
2. Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
proses penyembuhan.
3. Mengetahui faktor penyebab gangguan persepsi sensori
yang lain dialami dan dirasakan pasien.
|
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria
hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Identifikasi perubahan pola makan.
|
Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
|
- Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
: Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria
Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2.
Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit
DM dan Ca. Nasofaring
Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi
pasien dan libatkan pasien didalamnya.
gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /
memungkinkan).
|
Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan
yang telah diberikan.
|
5.Harga
diri Rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit, pengobatan
penyakit.
Tujuan
: Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam klien menerima keadaan dirinya
Kriteria
Hasil :
1)
Menjaga postur yang terbuka
2)
Menjaga kontak mata
3)
Komunikasi terbuka
4)
Menghormati orang lain
5)
Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam
kelompok
6)
Menerima kritik yang konstruktif
7)
Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok social
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
Gunakan komunikasi terapeutik.
Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit
dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
|
Study Kasus Cancer Nasofaring
A. Pengkajian
A. Pengkajian
1.
Identitas Klien
Nama klien Ny.U Jenis Kelamin
Perempuan dengan usia 50 tahun masuk Rumah Sakit Persahabatan ( Cempaka Bawah )
pada tanggal 21 Desember 2010 dengan nomor register 21012210080, Status
Perkawinan, sudah menikah, Agama Islam, Suku Bangsa Jawa, Berpendidikan SMP,
dengan bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, Sumber Biaya Gakin, sumber Informasi dari klien dan keluarga, yaitu
bertempat tinggal di Jl Pangkalan Jati III RT/RW 006/013.
2.
Resume
Ny.U 50 tahun, pada tanggal 17
januari 2011 datang ke Rumah Sakit Persahabatan, bersama dengan keluarga, masuk
melalui IGD, datang dengan keluhan klien mengatakan timbul benjolan di leher
sebelah kiri, nyeri tidak terasa selama 3 minggu, Riwayat makan ikan asin sejak
kecil, sejak 3 sebelum masuk rumah sakit, klien makan 2-3 kali perhari, Nafsu
makan klien menurun, klien juga mengatakan batuk selama 1 minggu, klien
mengatakan susah mengeluarkan dahak, klien terpasang infus NaCL 0,9 % 20 tetes
/ menit. Di diagnosa oleh dokter yaitu Karsinoma Nasofaring, setelah dilakukan
pengkajian oleh perawat ruangan didapat data Tanda - Tanda Vital sebagai
berikut : TD : 110/80 mmHg, Nadi :84 kali/menit, Suhu:36oc, Pernafasan : 22
kali/menit
3.
Riwayat Keperawatan
a.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan timbulnya benjolan pada leher sebelah kiri, dengan faktor pencetus makan ikan asin, yaitu timbulnya secara bertahap selama 2 minggu, namun upaya klien untuk mengatasinya, klien melakukan berobat jalan ke poli THT
Klien mengatakan timbulnya benjolan pada leher sebelah kiri, dengan faktor pencetus makan ikan asin, yaitu timbulnya secara bertahap selama 2 minggu, namun upaya klien untuk mengatasinya, klien melakukan berobat jalan ke poli THT
b.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit pada waktu sebelumnya, termasuk kecelakaan, klien juga tidak mempunyai alergi obat, makanan, binatang, maupun lingkungan, klien juga mengatakan tidak pernah melakukan pemakaian obat pada waktu sebelumnya.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit pada waktu sebelumnya, termasuk kecelakaan, klien juga tidak mempunyai alergi obat, makanan, binatang, maupun lingkungan, klien juga mengatakan tidak pernah melakukan pemakaian obat pada waktu sebelumnya.
c.
Riwayat Kesehatan keluarga(Genogram dan keterangan tiga Genersi dari klien)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Lingkaran keluarga
: klien
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Lingkaran keluarga
: klien
d.
Penyakit yang penah diderita oleh
anggota keluraga yang menjadi faktor resiko tidak ada
e.
Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang yang terdekat dengan klien
adalah suami dan anaknya, interaksi dalam keluarga, pola komunikasi dengan
keluarga baik, pembuatan keputusan dalam keluarga adalah suami, klien
mengatakan tidak terlalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan tidak.Dampak
penyakit klien terhadap keluarga, aktifitas keluarga menjadi terhambat, masalah
yang mempengaruhi klien saat ini yaitu biaya perawatan selama dirumah sakit.
Mekanisme koping yang digunakan klien saat ini dalam menghadapi permasalahannya
adalah mencari solusi atau pemecahan masalah, persepsi klien terhadap
penyakitnya, adapun yan sangat dipikirkan saat ini adalah masalah biaya
perawatan selama dirumah sakit, harapan klien setelah menjalani perawatan ingin
secepatnya sembuh, adapun perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit, klien
merasakan tidak bisa beraktifitas dengan baik. Adapun sistem nilai kepercayaan
yang bertentangan dengan kesehatan klien saat ini, tidak ada nilai yang
bertentangan, aktifitas agama yang dilakukan saat ini adalah sholat, kondisi
lingkungan rumah saat ini yang mempengaruhi kesehatan klien saat ini, klien
mengatakan lingkungan rumahnya agak padat.
f.
Pola Kebiasaan Dirumah dan Dirumah
Sakit
1. Pola Nutrisi
1. Pola Nutrisi
Sebelum klien masuk rumah sakit
frekuensi makan klien 3 kali perhari, dengan nafsu makan baik karena tidak ada
mual, muntah maupun sariawan yaitu dengan porsi makanan yang dihabiskan 1
porsi, klien mengatakan semua makanan disukainya dan tidak ada makanan yang
menyebabkan alergi ataupun makanan pantangan klien juga mengatakan tidak ada
penggunaan diet atau pengunaan obat sebelum makan. Setelah klien masuk rumah
sakit frekuensi makan klien 3 kali setiap hari namun nafsu makan klien tidak
baik karena disebabkan mual oleh sebab itu porsi makan yang dapat dihabiskan
klien hanya ½ porsi saja, klien mengatakan tidak ada makanan yang dipantang
atau pun dapat menyebabkan alergi, klien menyukai semua makanan, klien juga
saat ini tidak ada menggunakan obat-obatan sebelum makan, namun klien saat ini
sedang menjalani diet cair dan terpasang NGT.
2. Pola Eliminasi
Frekuensi BAK klien sebelum sakit 5
kali perhari, dengan warna kuning jernih tanpa ada keluhan dan penggunaan alat
bantu, sedangkan BAB klien sebelum masuk rumah sakit, dengan frekuensi 1 kali
perhari yaitu pada pagi hari dengan warna kuning coklat, konsistensi padat,
tidak ada keluhan dan tidak ada penggunaan laxatif dan begitu pula saat ini
setelah klien masuk rumah sakit frekuensi BAK klien 4 kali perhari, dengan
warna kuning jernih dan tanpa ada keluhan dan penggunaan alat bantu. dan BAB
frekuensi tidak menentu, warna kuning coklat, konsistensi padat, tidak ada
keluhan dan pengunaan laxtif
3. Pola Personal Hygene
Sebelum masuk rumah sakit klien
mandi 2 kali perhari, yaitu pagi dan sore, oral hygene 2 kali perhari yaitu
setelah makan dan cuci rambut 3 kali perminggu. Namun setelah klien masuk rumah
sakit klien mandi 1 kali perhari yaitu hanya pagi hari dan oral hygene 1 kali
perhari yaitu pada pagi hari dan cuci rambut 2 kali perminggu.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum masuk rumah sakit lama tidur
klien 7 jam dalam satu malam dan 2 jam tidur siangnya, tanpa ada kebiasaan
sebelum tidur. Namun setelah masuk rumah sakit tidur klien saat malam hari 8
jam dan 2 jam tidur siangnya.
5. Pola Aktifitas dan Latihan
Klien mengatakan sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit klien tidak pernah berolah raga dan hanya bekerja dirumah
sebagai Ibu Rumah Tangga.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan
Sebelum dan sesudah masuk rumah
sakit klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi rokok ataupun minuman keras.
4.
Pengkajian Fisik
Pemeriksaan
Fisik Umum
Sebelum klien masuk rumah sakit BB
klien 50 kg, dengan tinggi badan 150 cm, namun setelah klien masuk rumah sakit
BB klien menurun menjadi 48 kg, keadaan umum sedang dan Pembesaran kelenjar
getah bening pada leher kiri klien.
Sistem Penglihtan
Posisi bola mata klien simetris,
kelopak mata klien normal,pergerakan bola mata klien normal, namun konjungtiva
klien anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil mata klien isokor, otot
mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan klien kabur,
tanda-tanda radang tidak ada, pemakaian lensa kontak tidak, reaksi terhadap
cahaya baik ( + / + ).
Sistem Pendengaran
Daun telinga kiri dan kanan klien
normal, karakteristik serumen klien, warna kecoklatan, Konsistesi padat, Bau
khas, kondisi telinga tengah klien normal, cairan dari telinga tidak ada,
perasaan penuh di telinga tidak, Tinitus tidak ada, fungsi pendengaran baik,
gangguan keseimbangan tidak ada, pemakaian alat bantu tidak ada.
Sistem Wicara
Sistem wicara klien normal
Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih tidak ada
sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas, dengan
frekuensi pernafasan 26 kali/menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasn
spontan, kedalaman nafas dalam, klien mengalami batuk produktif, dengan sputum
kental, berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris,
perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri
dada dan meggunakan alat bantu nafas.
Sistem Kardiovaskuler
Pada sirkulasi periper kecepatan
nadi Periper klien 82 kali/menit dengan irama teratur, tekanan darah 110/80
mmHg, tidak mengalami distensi vena jugularis, Temperatur Kulit klien Hangat,
suhu tubuh klien 36oC, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan
tidak ada edema. Sedangkan pda sirkulasi jantung, kecepatan denyut apikal, 82
kali/menit, dengan irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak
nyeri dada.
Sistem Hematologi
Klien tampak pucat, namun tidak ada
perdarahan.
Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala,
migren atau pertigo, tingkat kesadaran klien compos mentis, dengan Glasgow coma
scale (GCS) E : 4, M : 6, V : 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak
ada gangguan sistem Persyarafan dan pada pemeriksaan replek fisiologis klien
normal, sedangkan pemeriksaan reflek patologis tiba terjadi fatologis.
Sistem Pencernaan
Keadaan mulut klien ssaat ini gigi
Caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak aada stomatitis, lidah klien tidak
kotor, saliva normal, tidak ada muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare,
konsistensi feces lunak bising usus klien 8 kali/menit, tidak terjadi
konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Sistem Endokrin
Pada klien tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.
Sistem Urogenital
Balance cairan klien, intake 1300
ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola kemih, (Retensi, Urgenci, Disuria,
tidak Lampias, Nokturia, Inkontinensia, Anuria), warna BAK klien kuning jernih,
tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang.
Sistem Integumen
Turgor kulit klien elastis,
temperatur kulit klien hangat, warna klit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada
luka, kelainan kulit tidak, kondisi kulit daerah pemasangan infus baik, keadaan
kulit; tekstur baik, kebersihan rambut bersih.
Sistem muskulokletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan
dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit, dan tidak ada
fraktur, tidak ada kelainan pada bentk tulang sendi dan tidak ada kelainan
stuktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, dengan kekuatan otot tangan
kanan 5, tangan kiri 4 (terasang infus), kaki kanan 5, kaki kir
5.
Data penunjang
Pada tanggal 15 januari 2011,
didapatkan hasil pemeriksaan LAB, Leukosit 23,92 ribu/mm3 (5-10 ribu/mm),
Netrofil 73,4 % (50-70 %), Limposit 58 % (25-40 %), Monosit 5,4 % (2-8 %),
Eusinofil 15,3 % (2-4%), Basofil 0,1 % (0-1). Hasil CT-Scan tanggal 22 oktober
2010, di dapat hasil: rongga nasofaring tampak asimetris, tampak ada masa yang
menyangat heterogen pasca pemberian kontras, mengobliterasi fossa rossenmuller,
torus tubarius, spatium parafaring, dan coane kiri. Tampak pula destruksi sella
sisi kiri dengan infiltrasi masa ke intra cranial. Tampak oembesaran KGB
multiple dengan ukuran bervariasi, diameter terbesar 2,4 cm di koli kiri.
Faring dan laring dalam batas normal.Tidak tampak penyempitan airway.
Smusparanasal tidak tampak perselubungan , pneumatisasi mastoid kiri berkurang.
6.
Penatalaksanaan
Terafy
infus :NaCl 0,9% 21 tetes/menit
Terfy injeksi :Ceftazidime 3×1 gr
Levo 1×750mg
Omz 2×20 mg
Ondansentron 3×1 gr
As folat 1×3 gr
B12 3×1 gr
Diet TKTP 6×200 cc
Terfy injeksi :Ceftazidime 3×1 gr
Levo 1×750mg
Omz 2×20 mg
Ondansentron 3×1 gr
As folat 1×3 gr
B12 3×1 gr
Diet TKTP 6×200 cc
DATA FOKUS
Data Subjektif
Klien mengatakan sesak, klien
mengatkan batuk sejak 1minggu yang lalu, klien mengatakan tidak bisa
megeluarkan dahak, klien mengatakan batuk berdahak, Klien mengatakan idak bisa
makan, Klien mengatakan tidak nafsu makan, Klien mengatakan BB sebelum sakit 50
kg , Klein mengatakan hanya makan bila diberikan lewat NGT, Klien mengatakan
ada benjolan di leher sebelah kiri, Klien mengatakan benjolan muncul sejak 6
minggu yang lalu, Klien mengatakan nyeri saat bicara, Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk, Klien mengatakan nyeri hanya di daerah benjolan, Klien
mengatakan tidak ada demam, Klien mengatakan ada benjolan di leher sebelah
kiri, Klien mengatakan lehernya panas, Klie mengtakan lehernya bengkak.
Data Objektif
klien tampak batuk, klien tampak
sesak, klien tampak tidak bisa mengeluarkan dahak, suara nafas ronchi +/+,
Klien tampak terpasang NGT , Klien tampak tidak bisa makan , BB setelah sakit
45 kg, klien tampak meringis saat berbicara, skala nyeri 5, tampak ada benjolan
di bagian leher sebelah kiri, leher klien tempak merah, leher klien teraba
panas, TV, TD :110/80 mmHg, N : 96x/ menit, S : 36oC, RR :26x/ menit,
Laboratorium : Hb : 10, 4 g/dl, leukosit :23,92 ribu/ mm3
Pelaksanaan
Selasa 18 januari pukul 08.45 WIB mengkaji pola makan klien; klien tampak makan melalui NGT.Mengkaji makanan yang disukai kllien; klien mengatakan mau makan bubur. Menganjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi; klien mengatakan akan mencobanya.pukul 10.25 wib, Memonitor berat badan klien setiap hari; berat badan klien 45 kg. mengkaji adanya mual muntah; klien mengatakan masih mual. Memonitor intake nutrisi dan kalori klien; klien makan melalui NGT 200 cc. memberikan obat anti emetic (ranitidin).
Selasa 18 januari pukul 08.45 WIB mengkaji pola makan klien; klien tampak makan melalui NGT.Mengkaji makanan yang disukai kllien; klien mengatakan mau makan bubur. Menganjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi; klien mengatakan akan mencobanya.pukul 10.25 wib, Memonitor berat badan klien setiap hari; berat badan klien 45 kg. mengkaji adanya mual muntah; klien mengatakan masih mual. Memonitor intake nutrisi dan kalori klien; klien makan melalui NGT 200 cc. memberikan obat anti emetic (ranitidin).
Evaluasi
Selasa 18 januari pukul 12.15 wib
S :
- Klien mengtakan nafsu makannya masih berkurang
- Klien mengatakan hanya makan bila diberikan lewat NGT.
- Klien mengatakan masih mual
O :
- Klien tampak terpasang NGT
- Klien masih tampak tidak nafsu makan
- Berat badan klien 45 kg
- Lab: Hb :11,5 g/dl
A: Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi ( 3,4,5,7)
3. Intoleransi aktivitas b.d klemahan fisik
DS :
- Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri
- Klien mengtakan aktivitasnya terbatas
- Klien mengatakan sebagian aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien mengatakan alat bantu berjalannya kursi roda
DO :
- Aktvitas klien tampak terbatas
- Klien tampak tidak bisa beraktivitas
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien tampak terpasang infus pada kedua tangnnya
Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas klien teratasi, dengan kriteri hasil:
- Klien dapat beraktivitas sendiri
- Klien tidak tergan ung pada orang lain
- Klien bisa memenuhi kebutuhan sehari hari
Selasa 18 januari pukul 12.15 wib
S :
- Klien mengtakan nafsu makannya masih berkurang
- Klien mengatakan hanya makan bila diberikan lewat NGT.
- Klien mengatakan masih mual
O :
- Klien tampak terpasang NGT
- Klien masih tampak tidak nafsu makan
- Berat badan klien 45 kg
- Lab: Hb :11,5 g/dl
A: Tujuan belum tercapai masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi ( 3,4,5,7)
3. Intoleransi aktivitas b.d klemahan fisik
DS :
- Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri
- Klien mengtakan aktivitasnya terbatas
- Klien mengatakan sebagian aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien mengatakan alat bantu berjalannya kursi roda
DO :
- Aktvitas klien tampak terbatas
- Klien tampak tidak bisa beraktivitas
- Aktivitas klien tampak dibantu oleh keluarga dan perawat
- Klien tampak terpasang infus pada kedua tangnnya
Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas klien teratasi, dengan kriteri hasil:
- Klien dapat beraktivitas sendiri
- Klien tidak tergan ung pada orang lain
- Klien bisa memenuhi kebutuhan sehari hari
Perencanan
- Anjurkan klien untuk banyak istirahat
- Anjurkan klien untuk latihan melakukan ativitas sesuai kemampuanya
- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan klien sehari-hari
- Berikan klien posisi yang nyaman
- Ubah posisi klien tiap 2 jam
- Anjurkan klien untuk miring kiri miring kanan secara mandiri.
- Anjurkan klien untuk latihan melakukan ativitas sesuai kemampuanya
- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan klien sehari-hari
- Berikan klien posisi yang nyaman
- Ubah posisi klien tiap 2 jam
- Anjurkan klien untuk miring kiri miring kanan secara mandiri.
Kesimpulan
Carsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.Yang disebabkan oleh Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini.Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring.Pada penatalaksanaa tidak ada kesenjagan antara teori dengan kasus. Pada diagnosa terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus, yaitu pada kasus tidak ditemkan diagnosa Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan), Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun, Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi, Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit. Pada ntervensi terdapat intervensi prioritas yaitu pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum dan telah dilaksanakan oleh perawat, dan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karen berdasarkan diagnosa yang muncul pada kasus yaitu hanya satu diagnosa teori yang muncul pada kasus yaitu perubahan pola nutrisi berhubngan dengan ketidak mampuan menelan disapagia), pada implementasi keperawatan sudah dilaksanakan oleh perawat berdasarkan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan. Pada tahap evaluasi pada diagnosa prioritas perawat telah melaksanakan sesuai dengan intervensi namun tujuan belum tercapai masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan namun pada diagnosa ansietas perawat telah melaksanakannya juga berdasarkan pada intervensi yang telah diencanakan dan tujan tercapai masalah teratasi.
Carsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.Yang disebabkan oleh Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini.Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring.Pada penatalaksanaa tidak ada kesenjagan antara teori dengan kasus. Pada diagnosa terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus, yaitu pada kasus tidak ditemkan diagnosa Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan), Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun, Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi, Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit, pengobatan penyakit. Pada ntervensi terdapat intervensi prioritas yaitu pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum dan telah dilaksanakan oleh perawat, dan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karen berdasarkan diagnosa yang muncul pada kasus yaitu hanya satu diagnosa teori yang muncul pada kasus yaitu perubahan pola nutrisi berhubngan dengan ketidak mampuan menelan disapagia), pada implementasi keperawatan sudah dilaksanakan oleh perawat berdasarkan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan. Pada tahap evaluasi pada diagnosa prioritas perawat telah melaksanakan sesuai dengan intervensi namun tujuan belum tercapai masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan namun pada diagnosa ansietas perawat telah melaksanakannya juga berdasarkan pada intervensi yang telah diencanakan dan tujan tercapai masalah teratasi.
Terima kasih tulisaanya sangat bermanfaat sekali , untuk referensi lain mungkin bisa juga kunjungi website ini http://www.tanyadok.com/kesehatan/kanker-nasofaring-kenali-hindari-dan-obati
BalasHapus