KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH I
GANGGUAN
SISTEM PENGLIHATAN
MIOPI
(RABUN JAUH)
KELOMPOK II :
Deryanto
Devid Agus Wanto
Duwi Rochnianto
Eddy Jhon Marjendriadi
Eny Nopi Lestari
Feny Alvionita
Teszha Eginata
Wulandari
POLTEKKES
KEMENKES PALANGKARAYA
JURUSAN
KEPERAWATAN
T.A 2012/2013
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian miopi (rabun
jauh)....................................................................................... 4
B.
Klasifikasi miopi........................................................................................................... 5
C.
Patofisiologi.................................................................................................................. 7
D. Manifestasi klinik.......................................................................................................... 8
E. Etiologi
(penyebab)....................................................................................................... 8
F. Pemeriksaan
penunjang................................................................................................. 9
G. Faktor
risiko.................................................................................................................. 9
H. Komplikasi.................................................................................................................... 10
I.
Pencegahan................................................................................................................... 10
J.
Penatalaksanaan............................................................................................................ 10
K.
Asuhan keperawatan
kelainan refraksi (miopia)........................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Harapan kami
semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini
kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Palangkaraya,
Desember 2013
Penulis
.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
1.
Pengertian
Mata
Mata adalah alat optik yang digunakan untuk melihat yang
dimiliki oleh manusia dan hewan. Mata adalah Satu-satunya alat optik yang
canggih dan bukan buatan manusia. Sifat bayangan pada mata adalah nyata,
terbalik, dan dapat diperkecil. Mata memiliki bagian-bagian yang sifat dan
fungsinya berbeda-beda. Berikut ini adalah bagian-bagian mata.
a. Bagian-bagian
Mata
1) Kornea
a) Bersifat tembus pandang (bening).
b) Selalu dibasahi air mata yang
dihasilkan oleh kelenjar air mata.
c) Berfungsi untuk melindungi lensa
mata.
2) Iris
(selaput pelangi)
Iris disebut dengan selaput pelangi,
hal ini disebabkan karena tiap manusia dari ras yang berbeda memiliki warna
iris yang berbeda pula. Ada orang yang memiliki iris berwarna hitam, cokelat,
biru, dan hijau. Iris mata sendiri memiliki fungsi untuk memberi warna mata.
3) Pupil
a) Pupil adalah celah lingkaran yang
terdapat di tengah-tengah iris.
b) Pupil berfungsi sebagai shutter,
yakni tempat jalan masuk cahaya ke dalam rongga mata.
c) Pupil dapat melebar dan dapat juga
menyempit. Melebar dan menyempitnya pupil tergantung pada intensitas cahaya
yang masuk ke mata.
d) Pupil menyempit ketika cahaya terang
dan membesar ketika cahaya redup.
4) Lensa mata
a) Lensa mata merupakan lensa cembung.
Bedanya, kalau lensa mata bersifat lentur sehingga dapat berubah menebal atau
menipis. Kemampuan menebal dan menipisnya lensa mata disebut dengan daya
akomodasi.
b) Lensa mata dapat menebal atau
menipis karena adanya otot akomodasi mata.
c) Lensa mata berfungsi untuk
memfokuskan bayangan supaya jatuh di retina (bintik kuning).
5) Retina
a)
Retina
mata fungsinya sebagai tempat jatuhnya bayangan hasil proyeksi lensa mata.
b)
Retina
terdiri atas bintik kuning yang peka terhadap cahaya karena mengandung jutaan
sel saraf dan bintik buta yang tidak peka terhadap cahaya.
6) Sel saraf
Sel saraf berfungsi menangkap sinyal visual dan
mengirimkannya ke saraf pusat penglihatan di otak. Ada dua macam sel saraf pada
mata, yaitu sel batang dan selkerucut.
Dalam mekanisme pembentukan bayangan pada mata,
dikenal adanya titik dekat dan titik jauh mata.
a)
Titik
dekat {Punctum Proximum/PP). Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat
dilihat jelas oleh mata dengan berakomodasi maksimum. Untuk mata normal
(emetrop), nilai titik dekat mata/ PP = 25 cm.
b)
Titik
jauh (Punctum Remotum/PR). Titik jauh adalah jarak terjauh yang dapat dilihat
jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik
jauh mata/PR = °° (tak terhingga).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan miopi (rabun jauh)?
2. Apa saja klasifikasi dari miopi?
3. Bagaimana patofisiologi dari miopi?
4. Apa saja manifestasi klinik dari
miopi?
5. Apa
saja etiologi (penyebab) dari
miopi?
6. Apa saja
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita miopi?
7. Apa saja
faktor risiko dari
miopi?
8. Apa saja komplikasi yang dapat
timbul dari miopi?
9. Bagaimana pencegahan miopi?
10. Bagaimana penatalaksanaan miopi?
11. Bagaimana
asuhan keperawatan pada kelainan refraksi (miopia)?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian
dari miopi (rabun jauh).
2. Klasifikasi miopi.
3. Patofisiologi miopi.
4. Manifestasi klinik.
5. Etiologi
(penyebab) miopi.
6. Pemeriksaan
penunjang.
7. Faktor
risiko dari miopi.
8. Komplikasi dari miopi.
9. Pencegahan terhadap miopi.
10. Penatalaksanaan miopi.
11. Asuhan
keperawatan pada kelainan refraksi (miopia).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MIOPI (RABUN JAUH)
Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat) atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra
yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam
keadaan santai. Miopi dapt terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau
karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk
tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat
jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung).
Rabun
jauh adalah kesalahan refraksi mata di mana bola mata terlalu mencembung dan fokus cahaya berada di
depan retina mata. Hal ini
menyebabkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang jauh dari mata (Kamus
Kesehatan).
Miopi merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga
sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.
Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser
ke belakang dan diatur dan tepat jatuh diretina (Mansjoer, 2002).
Miopi adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini
juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari
suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi.
Miopia berasal dari bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata.
Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
“nearsightedness” (American Optometric Association, 2006).
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan
mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau
kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Sidarta, 2007).
Miopi
adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut
sebagai kabur jauh / terang dekat (Syafa, 2010).
Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar
yang masuk kemata jatuh di depan retina pada mata yang istirahat ( tanpa
akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan cahaya didepan retina. (Yayan A.Israr,
2010).
B. KLASIFIKASI
MIOPI
1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan
membagi miopia menjadi:
a. Miopi aksial
Miopia
aksial dalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang
dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media
refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
b. Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia
diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan
dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa
menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata
normal.
c. Miopi Refraksi
Miopi Refraksi adalah
myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek bias media refrakta. (Sidarta,
2008)
d. Perubahan Posisi Lensa
Pergerakan lensa yang lebih ke
anterior setelah operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia.
Miopi dikatakan berbahaya apabila
berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi penderitanya, karena tidak bisa
diatasi dengan pemberian kacamata. Miopi berbahaya ini dibarengi dengan
kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu
ke waktu. Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada
selaput jala (retina), yang membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk
pemulihannya. Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat
tergantung pada kecepatan tindakan penanggulangannya.
2. Miopi berdasarkan berat ringan
a. Miopi ringan
b. Sangat ringan, apabila dapat
dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0D
c. Ringan, apabila dapat dikoreksi
dengan kaca mata -1 s/d -3 D
d. Miopi sedang dapat dikoreksi dengan
kaca mata -3 s/d -6 D
e. Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan
kaca mata -6 s/d -10 D
f. Miopi berat dapat dapat dikoreksi
dengan kacamata > -10 D
3. Klasifikasi
myopia secara klinis (American
Optometric Association, 1997)
a.
Simpel
myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata yang terlalu
panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
b.
Nokturnal
myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling kurang
cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap level
pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
c.
Pseudomyopia:
diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi
sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang memegang lensa
kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat
myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.
Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.
d.
Degenerative
myopia: disebut juga malignant, pathological, atau progressive
myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya
juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini
bertambah buruk dari waktu ke waktu.
e.
Induced
(acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat –
obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus
lensa, dan sebagainya.
4.
Klasifikasi myopia berdasar umur
a. Congenital (sejak lahir dan menetap
pada masa anak-anak)
b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
c. Early adult-onset myopia (2-40
tahun)
d. Late adult-onset myopia (> 40
tahun). (Sidarta, 2007)
C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya
elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama
halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti
degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya,
tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan
normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi
sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini
merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa
terhadap elongasi berlebihan pada miopi.
Menurut perjalanan miopi dikenal
bentuk:
1. Miopi stasioner, miopi yang menetap
setelah dewasa
2. Miopi progresif, miopi yang
bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.
3. Miopi degenertif atau miopi maligna
biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli
dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina
berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi
rupture membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada miopi dapat terjadi bercak Fuch berupa
biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan
dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).
D. MANIFESTASI
KLINIK
Penglihatan
kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak
jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi
mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk
jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi,
sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu
harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan
(astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi
strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat miopi pada satu mata jauh
lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang
myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut
strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).
Pasien
dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai
kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum
remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).
E. ETIOLOGI (PENYEBAB)
1. Jarak
terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main
komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata.
Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.
2. Terlalu
lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan
lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus
berkontraksi yang monoton.
3. Tinggal
di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat yang
jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang
rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.
4. Kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari
langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain
sebagainya.
5. Terlalu
lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat
mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai
kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.
6. Kekurangan
gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang mampu
bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir.
Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus
untuk mata
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Foto fundus
/ retina
2. Pemeriksaan
lapang pandang / campimetri / perimetri
3. Pemeriksaan
kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
4. USG
( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada
tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
5. Retinometri
( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
6. CT
scan dengan kontras / MRI.
G. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor resiko terjadinya miopi diantaranya
adalah:
1.
Genetik
Sebagian
besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.
2.
Kekurangan makanan bergizi pada masapertumbuhan
hingga usia 12 tahun.
3.
Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak
dekat secara terus menerus seperti membaca, melihat media visual (televisi,
komputer, gadget) dalam jarak dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca
ditempat yang kurang cahaya (remang).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi lain dari miopia sering
terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, perdarahan vitreous,
katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam biasanya
mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar
mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
I.
PENCEGAHAN
1. Pencegahan miopia salah satunya
dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan menonton TV dengan jarak yang
dekat.
2. Memegang alat tulis dengan benar.
3. Lakukan istirahat tiap 30 menit
setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.
4. Batasi jam membaca dan aturlah jarak
baca yang tepat (30 centimeter).
5. Gunakanlah penerangan yang cukup.
6. Jika memungkinkan memungkinkan untuk
anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya
selalu 30 cm.
J.
PENATALAKSANAAN
1.
Terapi Non-Farmakologi
a. Kacamata
Pada pasien miopi ini
diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk membaca dekat
yang berkuatan tetentu.
Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah memberikan kaca mata sferis
negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0 D memberika tajam penglihatan 6/6, dan
demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi (Ilyas, 2003).
b. Lensa Kontak
Pengobatan biasanya ditolong dengan
kacamata rangkap dan harus melakukan
terapi dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak
baca 33 cm, bila jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40
tahun lensa masih dapat mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun,
lensa menjadi sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi tergantung pada pada
jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk
mengatasi presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu untuk membaca
dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat
jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang dijual bebas.
c. Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup
serangkai metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior bola mata
diantaranya adalah
keratomi radial, keratomileusis keratofikia, epiakerarfikia.
d. Terapi dengan menggunakan laser
dengan atau operasi lasik mata.
Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopi dengan menggunakan laser.
e. Photorefractive Keratotomy (PRK)
Terapi
ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda.
f. Operasi orthokeratologi dan
pemotongan jaringan kornea mata
Orang-orang
dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan teknik ini.
Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian
sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan
bahan-bahan plastik yang ditanamkan kedalam kornea mata untuk mengganti kornea
yang rusak.
2.
Penatalaksanaan Farmakologi
Obat
yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun
banyak digunakan ada penderita myopia
K. ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN
REFRAKSI (MIOPIA)
1.
Pengkajian
a. Keluhan
Utama
Klien mengatakan pandangannya
kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.
Klien datang ke RS
dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat,
klien mengatakan padangan kabur setiap saat.
2) Riwayat
penyakit dahulu
Klien mengatakan,
sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.
3) Riwayat
Penyakit keluarga
Klien mengatakan ibu
klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.
4) Riwayat
Kebiasaan
Klien mengatakan sering
membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam keadaan tidak terlalu
terang.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a. Perubahan
sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina.
b. Gangguan
rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
3.
Intervensi
dan Implementasi
a. Koreksi
mata miopi dengan memakai lensa minus atau negatif ukuran teringan yang sesuai Tujuan:
untuk mengurangi kekuatan
daya pembiasan di dalam mata.
b. Anjurkan
agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktifitas membaca terus menerus.
Tujuan: Mengurangi
kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
4.
Pemeriksaan
Diagnostik
Kartu
snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan
keretina atau jalan optik.
a.
Alat
:
1) Kartu
Snellen.
2) Bingkai
percobaan.
3) Sebuah
set lensa coba.
b.
Teknik:
1) Penderita
duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
2) Pada
mata dipasang bingkai percobaan.
3) Satu
mata ditutup.
4) Minta
penderita untuk membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar sampai pada huruf
terkecil yang masih bisa terbaca.
5) Lensa
negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan jika tajam penglihatan menjadi
lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat membaca huruf yang
paling terkecil dari kartu Snellen tersebut.
6) Lakukan
kembali pada mata yang sebelahnya.
5.
Evaluasi
Subjektif
: klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.
Objektif : Klien membaca buku dengan jarak yang pas (30 cm)
Objektif : Klien membaca buku dengan jarak yang pas (30 cm)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan merebaknya
masalah kesehatan sekarang ini, alangkah baiknya kita menjaga kesehatan kita
agar tidak terserang penyakit, salah satunya adalah penyakit miopi (rabun
jauh).
B. SARAN
Mencegah lebih baik daripada
mengobati, salah satunya adalah menjaga kondisi mata kita agar tetap dalam
keadaan yang sehat, sering makan buah dan sayuran segar terutama yang mengandug
vitamin A. Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya segera periksakan dan obati
agar tidak menjadi semakin parah
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-miopia.html. Diakses
tanggal 4 Desember 2013.
http://www.diwarta.com/pengertian-bagian-bagian-mata-beserta-penjelasannya/.
Diakses
tanggal 4 Desember 2013.
Ilyas,
Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta: 2000.
Istiqomah,
Indriana N. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta: 2005.
http://www.tipsehat.indoinfo.web.id/2012/11/02/penyebab-mata-menjadi-rabun-jauhmiopimyopia-mata-minus/.
Diakses
tanggal 4 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar