DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 2
C. JUTUAN
PENULISAN.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
I.
KONSEP HIV/AIDS PADA IBU HAMIL/PEREMPUAN
A.
Pengertian................................................................................................................... 4
B.
Etiologi....................................................................................................................... 5
C.
Manifestasi Klinis....................................................................................................... 6
D.
Patofisiologi................................................................................................................ 7
E.
Penularan HIV dari Ibu ke Bayinya........................................................................... 7
F.
Factor Resiko............................................................................................................ 10
G. Pemeriksaan
Penunjang............................................................................................. 11
H.
Penatalaksanaan........................................................................................................ 12
I.
Pencegahan............................................................................................................... 13
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
HIV/AIDS PADA IBU HAMIL
A.
Pengkajian................................................................................................................. 15
B.
Diagnose keperawatan.............................................................................................. 16
C.
Perencanaan.............................................................................................................. 16
D. Evaluasi..................................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN.............................................................................................................. 23
B. SARAN.......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 24
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Harapan kami Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca untuk mengetahui informasi tentang penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Makalah ini kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Palangkaraya,
Februari 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kehamilan merupakan peristiwa alami
yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester
pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan
kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis
wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
Sejak
ditemukannya infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) pada tahun 1982, penelitian semakin banyak
dilakukan dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan dunia. Terdapat sekitar lima
jenis HIV dengan bentuk infeksi terakhir disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya
kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk
infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya.
Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah
menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.
Penelitian telah
dilakukan sejak HIV pertama kali ditemukan, tetapi sampai saat ini obatnya
belum ditemukan sehingga bila terinfeksi virus HIV berarti sudah menuju
kematian. Obat yang tersedia sekedar untuk mempertahankan atau memperpanjang
usia, bukan untuk membunuh virus HIV.
Orang-orang yang terinfeksi
positif HIV yang mengetahui status
mereka mungkin dapat memberikan manfaat. Namun, seks tanpa perlindungan antara
orang yang yang berisiko membawa HIV sero-positif sebagai super infeksi,
penularan infeksi seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan dapat membuat
penurunan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini jelas bahwa banyak pasangan
yang harus didorong untuk melakukan tes HIV untuk memastikan status mereka dengan
asumsi bahwa mereka mungkin terinfeksi karena pernah memiliki hubungan seksual
denga seseorang yang telah diuji dan ditemukan sero-positif HIV.
Komunikasi seksualitas antara
orangtua dan anak telah diidentifikasi sebagai factor pelindung untuk seksual
emaja dan kesehatan reproduksi, termasuk infeksi HIV. Meningkatkan kesehatan
seksual dan reproduksi remaja merupakan prioritas dunia. Intervensi yang
bertujuan untuk menunda perilaku seksual, mengurangi jumlah pasangan seksual
dan meningkatkan penggunaan kondom. Dari penelitian yang dilakukan di negara
berkembang menunjukkan bahwa pendidikan
seksualitas memiliki potensi untuk memberikan dampak positif pada pengetahuan,
sikap, norma dan niat, meskipun mengubah perilaku seksual sangat terbatas.
Evolusi infeksi HIV menjadi penyakit
kronis memiliki implikasi di semua pengaturan perawat klinis. Setiap perawat
harus memiliki perawatan klinis. Setiap perawat harus memiliki pengetahuan
tantang pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam
rangka untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang-orang
dengan atau berisiko untuk HIV.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Konsep
HIV/IADS pada ibu hamil/perempuan
a. Apa
yang dimaksud HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
b. Apa
penyebab HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
c. Sebutkan
menifestasi klinis HIV/AID pada perempuan/ibu hamil?
d. Bagaimana
patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
e. Bagaimana
cara penularan HIV/AIDS?
f. Apa
faktor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
g. Sebutkan
pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
h. Sebutkan
penatalaksanaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
i.
Bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil?
j.
Bagaimana sikap dan pertolongan
persalinan pada perempuan/ibu hamil?
2. Konsep
asuhan keperawatan pada klien HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan
a. Bagaimana
asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
k. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui penyakit HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil dan untuk mengetahui
Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil.
2. Tujuan
khusus
a. Untuk
mengetahui pengertian HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
b. Untuk
mengetahui penyebab/etiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
c. Untuk
mengetahui menifestasi klinis HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
d. Untuk
mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
e. Untuk
mengetahui cara penularan HIV/AIDS
f. Untuk
mengetahui factor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
g. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
h. Untuk
mengetahui penatalaksaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
i.
Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS
pada perempuan/ibu hamil
j.
Untuk mengetahui sikap dan pertolongan
persalinan
k. Untuk
mengetahui Asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
KONSEP
HIV AIDS PADA IBU HAMIL/PEREMPUAN
A.
Pengertian
Human immunodeficiency virus (HIV)
adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung, sistem
kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV
adalah acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Hal ini dapat memakan waktu
10-15tahun untuk orang yang terinfeksi HIV hingga berkembang menjadi AIDS, obat
antiretroviral dapat memperlambat proses lebih jauh. HIV ditularkan melalui
hubungan seksual (anal atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi,
berbagi jarum yang terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinya selama kehamilan,
melahirkan dan menyusui.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit
terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
(Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome)
adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi
HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas
seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau
biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima
transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus
tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002).
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center
for Disease Control and Prevention).
Wanita hamil lebih berisiko tertular Human
Immunodeficien Virus (HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
Jika HIV positif, wanita hamil lebih sering dapat menularkan HIV kepada mereka
yang tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak hamil.
Menurut laporan CDR (Center for
Disease Control) Amerika mengemukakan bahwa jumlah wanita penderita AIDS di
dunia terus bertambah, khususnya pada usia reproduksi. Sekitar 80% penderita
AIDS anak-anak mengalami infeksi prenatal dari ibunya. Seroprevalensi HIV pada
ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat persalinan 0,4-0,3% dan 9,4-29,6% pada ibu
hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.
Wanita
usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari
profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur
yang lebih muda, dalam arti bahwa usia
muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas
45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak menurut para ahli
kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk
hamil dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003 mengemukakan bahwa
prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari sepuluh orang
Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV-AIDS perlu diwaspadai karena
cenderung terjadi pada usia reproduksi.
B.
Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus
yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis
pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan
Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah
sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang
inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel
target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan
seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan
inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap
infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup
penderita tersebut..
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core)
dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas
dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa
jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein. Karena
bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk
virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar
matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton,
alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap
radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva,
semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel
monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di
antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan
melalui hubungan seks (pelecehan seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius
injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau
cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi
darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan
darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.
C.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun
terus-menerus.
c. Kehilangan napsu
makan.
d. Penurunan berat badan lebih dari 10%
dalam 3 tiga bulan.
e. Berkeringat.
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur
Candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di
seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal
di seluruh tubuh
D.
Patofisiologi
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS
pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah
terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan
seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi
wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan
lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Virus HIV
tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal terbungkus. Bila
memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel terinfeksi. Kemudian
virus mempergunakan enzim reverse
transcriptase, yang mampu membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu
masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli.
DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda
(berita) sehingga dapat membentuk protein.
Pertumbuhan
virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan sumber pembentuk
sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat memecah diri sehingga
setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang akan menyerang sel
lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan sel yang
diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar mampu
membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai
saat ini.
E. Penularan HIV dari Ibu kepada Bayinya
Cara penularan virus HIV-AIDS pada
wanita hamil dapat melalui hubungan seksual. Salah seorang peneliti
mengemukakan bahwa penularan dari suami yang terinfeksi HIV ke isterinya
sejumlah 22% dan istri yang terinfeksi HIV ke suaminya sejumlah 8%. Namun
penelitian lain mendapatkan serokonversi (dari pemeriksaan laboratorium negatif
menjadi positif) dalam 1-3 tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari
isteri ke suami dianggap sama.
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang
menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997).
Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah
terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.
Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode :
1.
Periode
kehamilan
Selama
kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta,
tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial,
dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan,
membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang
menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama
kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan
dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada
periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau
kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar
pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat
dipersingkat dengan section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya
risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama robeknya
membran.
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan
tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
b. Teknik invasif saat melahirkan yang
meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar
3. Periode Post Partum
Cara
penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data
penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan
pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan
puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama
makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk.
Banyak cara yang diduga menjadi cara
penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah
melalui:
1.
Transmisi Seksual
Penularan
melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan
penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan
dengan semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap
pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung
pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks.
Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan
resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual
yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual
dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi
terinfeksi virus HIV.
a.
Homoseksual
Didunia
barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita
AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan
seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi
penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen
dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang
sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara
anogenital.
b.
Heteroseksual
Di Afrika
dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik
pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
2.
Transmisi Non Seksual
a.
Transmisi Parenral
Yaitu akibat
penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan
jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi
melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih
dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.
1)
Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi
di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui
jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa
sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah
lebih dari 90%.
b. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak
mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan
dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan
resiko rendah.
F.
Faktor
Resiko
Semula
diperkirakan factor risiko infeksi HIV hanya homoseksual, dan pengguna narkoba
yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi jumlahnya semakin besar. Infeksi
HIV terutama menyerang sel T limfosit dan system saraf pusat. Cara masuknya ke
dalam sel mulai dengan ikatan reseptornya pada sel lomfosit dan diikuti
rusaknya inti kemudian memecahkan dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara
berabtai, virus HIV kembali akan menyerang sel lomfosit CD4 sehingga akhirnya
terjadi penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan disebut acquired immunodefeciency syndrome (AIDS).
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV
sebagai berikut :
1.
Janin
dengan ibu yang terjangkit HIV
2.
Perempuan
yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
3.
Pekerja
seks komersial
4.
Pasangan
yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin
G. Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody
ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan.
Penelitian mencoba mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk
membedakan respons antibody bayi dan ibu.
1.
Pemeriksaan
histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi.
2.
Tes
neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
3.
Tes
lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV
tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi
awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.
4.
Tes
Antibodi
a. Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), untuk menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Western blot asay/ Indirect
Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan
seropositifitas HIV.
c. Indirect immunoflouresence, sebagai
pengganti pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
d. Radio immuno precipitation assay,
mendeteksi protein pada antibodi.
e. Pendeteksian HIV.
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen
capture assay dengan kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan
pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek
anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral
burden).
Antibody
yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3 bulan.
Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada
janin mulai sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi
ini disebut sebagai infeksi vertical karena berlangsung semasih intrauterin.
Cara infeksi lainnya pada bayi adalah saat pertolongan persalinan karena
melalui jalan lahir dengan cairannya yang penuh dengan virus HIV.
H.
Penatalaksanaan
Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset
tentang HIV dan pemberian makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak
rekomendasi WHO untuk pemberian makanan
bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi pada tahun 2006. Secara khusus,
telah dilaporkan bahwa antiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang terinfeksi
HIV atau janin yang terpapar HIVsecara signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV pasca
kelahiran melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar untuk bagaimana
perempuan yang hidup dengan HIV mungkin dapat memberi makan bayi mereka, dan bagaimana para pekerja
kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama, intervensi ASI dan ARV
memiliki potensi secara signifikan untuk meningkatkan peluang bayi bertahan
hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.
Dimana otoritas nasional
mempromosikan pemberian ASI dan ARV, ibu
yang diketahui terinfeksi HIV sekarang direkomendasikan untuk menyusui bayi
mereka setidaknya sampai usia 12 bulan.
Rekomendasi bahwa makanan pengganti tidak boleh digunakan kecuali jika dapat
diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman (AFASS).
Pemberian antiretroviral bertujuan
agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan
tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara
berkembang adalah Nevirapine, pada
saat ibu saat persalinan diberikan 200mg dosis tunggal, sedangka bayi bisa
diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir dosis tunggal. Obat lain yang
bisa dipilih adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari
dan 300mg setiap jam selama persalinan berlangsung.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS
jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya
yaitu :
1.
Pengendalian
infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan
infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan
bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2.
Terapi
AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
3.
Terapi
antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya. Obat-
obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat
larut.
4.
Vaksin
dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5.
Menghindari
infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi
HIV.
6.
Rehabilitas.
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu mengubah perilaku
risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
7.
Pendidikan.
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari
stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini
juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan
ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
I. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke
bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa
kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:
1.
Penggunaan obat Antiretroviral
selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen.
2. Penanganan obstetrik selama
persalinan
Persalinan
sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini
terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila
pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko
dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai
resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria
harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
3.
Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian
susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang
positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14 %
bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
HIV/AIDS PADA IBU HAMIL
A.
Pengkajian
1. Data yang dapat dikumpulkan pada
klien yaitu data sebelum dan selama kehamilan
a.
Identitas
pasien
b.
Riwayat
Kesehatan
1)
Masa
lalu
2)
Sekarang
c.
Menstruasi
d.
Reproduksi
e.
Keluhan
Utama
f.
Data
Psikologi
Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan
pada bayi yang dikandungnya. Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh
sehingga akan menambah tekanan psikologis pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Breating
Kaji pernafasan ibu hamil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka sepanjang jalr pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan jalan nafas.
Kaji pernafasan ibu hamil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka sepanjang jalr pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan jalan nafas.
b.
Blood
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
c.
Brain
Tingkat kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada ibu hamil.
Tingkat kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada ibu hamil.
d.
Bowel
Keadaan sisitem pencernaan pada ibu hamil akan mengalami gangguan. Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.
Keadaan sisitem pencernaan pada ibu hamil akan mengalami gangguan. Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.
e.
Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada sistem perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra klien.
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada sistem perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra klien.
f.
Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
B. Dignosa
Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan ( muntah dan diare berat ).
3. Nyeri
akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
4. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan, penyebaran penyakit,
efek jangka panjang pada wanita dan janin.
C. Perencanaan
1. Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
Tujuan
: Infeksi tidak terjadi
Kriteria
hasil : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko
infeksi, tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda
lain dari kondisi infeksi.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
1.
pasien dan orang terdekat sebelum
dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
|
Mengurangi
resiko kontaminasi silang.
|
|
2.
Berikan lingkungan bersih dan
berventilasi.
|
Mengurangi
patogen pada system imun.
|
|
3.
Pantau TTV, terutama suhu.
|
Peningkatan
suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa
tubuh bereaksi pada proses infeksi.
|
|
4.
Selidiki keluhan sakit kepala,
kaku leher, perubahan penglihatan.
|
Ketidak
normalan neurologis umum dan mungkin di hubungkan dengan HIV ataupun infeksi
sekunder.
|
|
5.
Bersihkan kuku setiap hari.
Dikikir lebih baik daripada dipotong dan hindari memotong kutikula.
|
Mengurangi
resiko tranmisi bakteri pathogen melalui kulit.
|
|
6. Periksa adanya luka/lokasi alat
invasif, perhatikan tanda-tanda
inflamasi/infeksi local.
|
Identifikasi/perawatan
awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.
|
|
7.
Bersihkan percikan cairan
tubuh/darah dengan larutan pemutih.
|
Mengontrol
mikroorganisme pada permukaan kertas.
|
|
Kolaborasi
8.
Patau studi laboratorium. Mis.
Periksa darah, urin, sputum dan lain-lain.
|
Dilakukan
untuk mengidentifikasi demam.
|
|
9.
Berikan antibiotik, antijamur dan
anti mikroba. Seperti pentamidin atau AZT/retrovir.
|
Mengahambat
proses infeksi.
|
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
Tujuan
: Mempertahankan massa otot yang adekuat dan mempertahankan berat antara
0,9-1,35 kg dari berat sebelum sakit.
Kriteria hasil : Mempertahankan
berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan dan mendemonstrasikan
keseimbangan nitrogen positif, bebas dari malnutrisi dan menunjukkan perbaikan
tingkat energy.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
1.
Kaji kemampuan mengunyah,
merasakan, dan menelan.
|
lesi mulut,
tenggorokan, dan esophagus dapat menyebabkan disfagia (penurunan kemampuan
mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan).
|
|
2.
Aukultasi bising usus.
|
Hipermotilitas
saluran intestinal umum terjadi dan di hubungkan dengan muntah dan diare,
yang mempengaruhi pilihan diet.
|
|
3.
Timbanng berat badan sesuai
kebutuhan.
|
Indicator kebutuhan
nutrisi/pemasukan yang adekuat.
|
|
4.
Berikan perawatan mulut yang
terus menerus, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang
mengandung alcohol.
|
Mengurangi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/mual, lesi oral, penegeringan
mukosa, dan halitosis. Mulut yang bersih akan meningkatkan napsu makan.
|
|
5.
Kaji obat-obatan tehadap efek
samping nutrisi.
|
profilaktik dan
obat-obatan terapeutik mungkin memiliki efeksamping, misalnya AZT (pengubah
rasa, mual/muntah).
|
|
6.
Dorong aktivitas fisik sebanyak
mungkin.
|
Dapat meningkatkan
napsu makan dan rasa sehat.
|
|
7.
Dorong pasien duduk pada saat
makan.
|
Mempermudah proses
menelan dan mengurangi resiko aspirasi.
|
|
Kolaborasi
8.
Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium. Misalnya glukosa, protein dan albumin.
|
Mengindikasikan
status nutrisi dan fungsi organ, dan mengidentifikasi kebutuhan pengganti.
|
|
9.
Pasang/pertahankan selang NGT sesuai
petunjuk.
|
Mungkin diperlukan
unntuk mengurangi mual/muntah atau untuk pemberian makan per selang.
|
|
10.
Konsultasikan dengan tim
pendukung ahli diet/gizi.
|
Menyediakan diet
berdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat.
|
|
11.
Berikan obat-obatan sesuai
petujuk, misal:
Suplemen
makanan.
Antiemetik
(metoklopramid)
|
Kekurangan vitamin
terjadi akibat penurunan pemasukan makanan.
Menguraningi insiden
muntah, meningkatkan fungi gaster.
|
3. Nyeri
akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
Tujuan
: Nyeri dapat diatasi dan hilang.
Kriteria
hasil : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah
rileks.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
1.
Kaji
keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri (skala 0-10), frekuensi
dan waktu.
|
Mengindikasikan kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi.
|
|
2.
Berikan
aktivitas hiburan, misalnya membaca, menonton TV dan berkunjung.
|
Memfokuskan kembali perhatian,
mungkin dapat meingkatkan kemampuan untuk mennanggulangi.
|
|
3.
Lakukan
tindakan paliatif, misalnya pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada
sendi yang sakit.
|
Meningkatkan relaksasi/menurunkan
tegangan otot.
|
|
4.
Berikan
kompres hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin IV selama 20 menit setelah
pemberian.
|
injeksi ini diketahui sebagai
penyebab rasa sakit dan abses steril.
|
|
5.
Instruksikan
melakukan relaksasi progresif dan teknik napas dalam.
|
Meningkatkan relaksasi dan
perasaan sehat. Dapat menurunkan kebutuhan narkotik analgesic.
|
|
6.
Berikan
perawatan oral.
|
Ulserasi/lesi mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan yang sangat.
|
|
Kolaborasi
7.
Berikan
analgesic/antipiretik narkotik. Gunakan ADP untuk memberikan analgasik 24
jam.
|
Memberikan penurunan nyeri/tidak
nyaman dan mengurangi demam.
|
4. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan, penyebaran penyakit,
efek jangka panjang pada wanita dan janin.
Tujuan
: Pasien mengetahui pengertian, penyebab, akibat dan penatalaksanaan penyakit
HIV dan AIDS.
Kriteria
hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan,
melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam aturan
perawatan.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Mandiri
1.
Berikan
informasi mengenai system/respon imun normal dan bagaimana efek dari HIV,
penyebaran virus, factor yang diyakini dapat meningkatkan kemungkinan
progresifitas penyakit.
|
Pasien perlu waspada terhadap
resiko bagi dirinya sendiri sama seperti resiko bagi bayi dan orang lain
disekitarnya.
|
|
2.
Berikan
informasi yang realistis optimis selama kontak dengan pasien.
|
Perlu untuk memberikan harapan
yang realistis, untuk mengurangi resiko bunuh diri.
|
|
3.
Tinjau
tanda-tanda/gejala yang mungkin menjadi konsekuensi dari infeksi HIV.
|
Pasien mungkin mengalami penyakit
akut 2-6 minggu selama terinfeksi.
|
|
4.
Tekankan
perlunya memperhatikan seks yang lebih aman dan juga perlunya menghindari
penggunaan obat-obatan IV terlarang.
|
Membatasi penyebaran virus.
Mengerangi pemajanan pada agen infeksi/sters tamabahan pada system imun.
|
|
5.
Berikan
informasi mengenai perubahan gaya hidup yang sesuai dengan factor yang
membantu mempertahankan kesehatan.
|
Bukti menunjukkan bahwa diet yang
khusus dan factor gaya hidup dapat berpengaruh pada perkembangan infeksi HIV
sampai AIDS.
|
|
6.
Diskusikan
strategi penatalaksanaan terhadap gejala-gejala dan tanda-tanda yang terus
menerus.
|
Keterlibatan pasien dalam
perawatan meningkatkan kerja sama dan kepuasan dalam perawatan.
|
|
7.
Dorong
kontak dengan orang terdekat, keluarga, dan teman.
|
Banyak yang merasa takut
mengungkapkan pada orang terdekat, keluarga dan teman karena takut ditolak.
|
D.
Evaluasi
Evaluasi memuat
kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat di lihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
di lihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
rumuskan sebelumnya.
Setelah
dilakukann tindakan keperawatan di harapakan pasien :
1. Dx
1 : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi,
tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain
dari kondisi infeksi.
2.
Dx 2 : Mempertahankan berat badan atau
memperlihatkan peningkatan berat badan dan mendemonstrasikan keseimbangan
nitrogen positif, bebas dari malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat
energi.
3.
Dx 3 : Hilangnya/terkontrolnya rasa
sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
4.
Dx 4 : Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi/proses penyakit dan tindakan, melakukan perubahan gaya hidup yang
sesuai dan berpartisipasi dalam aturan perawatan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kehamilan merupakan peristiwa alami
yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester
pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan
kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis
wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat
sensitive dan lebih banyak sehingga banyak penelitian melibatka anak-anak yang
rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa
keluarga akan merasa baik.
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome),
yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan
berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan
intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh
manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri,
protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.
B. SARAN
Semoga Makalah ini dapat berguna
bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan
makalah berikutnya yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita,
dkk. 2008. Patologi Obstetri. Jakarta : EGC
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien
terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.
terimakasih infonya.
BalasHapushttp://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/
Obat herbal Dr. Imoloa yang luar biasa adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dymyme, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
BalasHapus